5.2.2 Tangga Nada (Scale)
Netll (1964: 145) mengemukakan cara-cara mendeskripsikan tangga nada dengan menuliskan nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing dalam lagu. Tangga nada tersebut lalu digolongkan menurut jumlah nada yang dipakai, yaitu : Diatonik (dua nada), tritonik (tiga nada), tetratonik (empat nada), pentatonic (lima nada), hexatonik (enam nada), heptatonik (tujuh nada). Dua nada yang memiliki jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja.
Yang dimaksud dengan tangga nada dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat pada repertoar Selimut Putih. Hal ini dilakukan melalui pencacahan nada-nada mulai dari nada yang paling rendah sampai tertinggi. Adapun tangga nada untuk repertoar Selimut Putih adalah sebagai berikut:
Nada yang terdapat pada instrument flute
Nada yang terdapat pada instrument violin/biola
Dilihat dari jenis nada yang dipakai diatas maka lagu tersebut tergolong nada pentatonik yaitu jumlah nada yang dipakai ada lima nada dan heptatonic yaitu jumlah nada yang dipakai ada tujuh nada. Nada yang terdapat pada instrument flute adalah pentatonik A, D, E, F, G, dan nada yang terdapat pada instrument violin adalah heptatonik A,Bes, B, C, D, E, F, G, Gis.
5.2.3 Nada Dasar
Nada dasar pada sebuah lagu/musik sangatlah berperan penting. Netll (1964:l47) mengemukakan tentang metode atau pendekatan dalam menemukan nada dasar pada sebuah lagu/musik. Ada tujuh yang diusulkan menjadi perhatian penting yaitu:
Melihat nada mana yang sering dipakai.
Melihat nada mana yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar.
c. Melihat nada awal atau nada akhir suatu komposisi yang dianggap mempunyai fungsi penting dalam penentuan tonalitas ( nada dasar).
Nada paling rendah atau posisi tepat ditengah-tengah dianggap penting.
Interval-interval yang terdapat diantara nada kadang-kadang sebagai patokan.
Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada.
Pengenalan yang akrab dengan gaya musik.
Dari hasil analisis transkripsi lagu Selimut Putih di atas, khususnya analisis tangga nada dan jumlah nada digunakan penulis sebagai acuan untuk menjawab ketujuh pendekatan untuk menemukan nada dasar pada sebuah reportoar/lagu sehingga dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
Nada yang sering dipakai adalah nada A.
Nada yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar adalah nada -.
Nada awal komposisi adalah nada A, dan nada akhirnya adalah nada D.
Nada paling rendah adalah nada A dan nada paling tinggi adalah nada E.
Interval-interval yang terdapat diantara nada kadang-kadang sebagai patokan (-).
Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada yaitu nada -.
Pengenalan yang akrab dengan gaya musik (-).
Dengan demikian disimpulkan lagu Selimut Putih bernada dasar C (Natural), nada D merupakan nada akhir yang terdapat pada akhir lagu (sesuai dengan poin c diatas).
5.2.4 Wilayah Nada
Metode untuk menentukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang terdengar secara alami, ditentukan oleh suara penghasil bunyi itu sendiri, yaitu dengan memperhatikan nada paling rendah dan nada paling tinggi.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ellis dalam Malm (1977:35) tentang perhitungan frekuensi nada dengan menggunakan cent, yaitu nada-nada yang berjarak 1 laras sama dengan 200 cent, dan nada-nada berjarak ½ laras sama dengan 100 cent.
Dengan melihat nada-nada yang telah ditranskripsikan, maka lagu Selimut Putih memiliki wilayah nada dari nada A (terendah) dan E (nada paling tinggi) yang semuanya berjarak 4 laras atau sama dengan 800 cent.
Untuk lebih jelas wilayah nada laguSelimut Putih, dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini.
Jumlah Nada-nada yang Dipakai (Modus)
Netll (1964:146) menyatakan dalam mentranskripsikan modus lagu paling tidak menyebut nada mana yang yang berfungsi sebagi nada dasar , nada-nada yang dianggap penting dalam lagu tersebut, serta nada-nada pendampimg lainnya.
Lebih lanjut ia mengatakan gambaran tangga nada dan modus biasanya disampaikan lewat notasi (tangga nada). Ditulis di atas garis paranada dengan harga-harga yang menandai fungsi-fungsi nada dan membedakan nada yang sering dipakai dalam komposisinya dan nada yang jarang dipakai. Nada dasar biasanya ditulis sebagai not utuh, nada penting lainnya sebagai not setengah, nada biasa sebagai not seperempat, nada hiasan (nada yang jarang muncul) sebagai not seperempat atau not seperdelapanbelas.
Berpedoman pada metode diatas, maka penulis akan menganalisis jumlah nada-nada yang dipakai pada lagu Selimut Putih. Berikut jumlah nada-nada yang dipakai pada lagu setelah penulis menyusun nada-nada tersebut pada garis paranada.
7 3 4 21 21 31 33 1
38 2 13 12 9 3 11 10 5
Untuk mengetahui jumlah frekuensi terhadap pemakaian nada pada lagu Selimut Putih yang telah ditranskripsi, dapat dibuat persentasenya untuk melihat komposisi melodi lagu. Untuk perhitungan persentasi pemakaian nada-nada, penulis mempergunakan rumus sebagai berikut:
-
Dimana: X : Jumlah persentase nada
Y: Jumlah pemakaian nada
Z: Jumlah keseluruhan nada
Dengan demikian perhitungan/persentase pemakaian nada-nada pada lagu Selimut Putih dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1
Tabel Jumlah dan Persentase Nada Lagu Selimut Putih
-
No
|
Nada
|
Pemakaian nada
|
Total Nada
|
Persentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
|
A
B
C
D
E
F
G
Gis
A’
Bes’
B’
C’
D’
E’
F’
G’
A’
|
7
3
4
21
21
31
33
1
38
2
13
12
9
3
11
10
5
|
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
|
7 / 224 X 100% = 3,1
3/ 224 X 100% = 1,3
4 / 224 X 100% = 1,8
21 / 224 X 100% = 9,3
21 / 224 X 100% = 9,3
31 / 224 X 100% = 13,8
33 / 224 X 100% = 14,7
1 /224 X 100% = 0,4
38 /224 X 100%= 16,9
2 /224 X 100%= 0,89
13 /224 X 100%= 5,8
12 /224 X 100%= 5,4
9 /224 X 100%= 4,0
3 /224 X 100%= 1,3
11 /224 X 100%= 4,9
10 /224 X 100%= 4,5
5 /224 X 100%= 2,2
|
Dari tabel persentase pemakain nada-nada pada lagu Selimut Putih diatas, dapat di tarik kesimpulan persentase pemakain nada terbesar adalah nada A’, yaitu sebanyak 16,9 %, kemudian disusul dengan nada G , sebanyak 14,7%. Sedangkan persentase pemakaian nada terkecil adalah nada Gis yaitu sebanyak 0,4 %.
Interval Nada
Interval adalah jarak antara satu nada ke nada berikutnya, naik maupun turun. Pada komposisi lagu interval ialah penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau melompat secara baik, turun maupun mendatar.
Manoff (1991:84) membuat pengukuran yang lebih akurat terhadap interval dengan ketentuan sebagai berikut:
Interval mayor dinaikkan setengah langkah, maka interval tersebut menjadi augmented, dan jika diturunkan setengah langkah maka intervalnya minor.
Interval minor dinaikkan setengah langkah, maka interval itu akan menjadi mayor. Sebaliknya bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished.
Interval berkualitas perfect dinaikkan setengah langkah, maka interval tersebut menjadi augmented. Bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished16.
Dari hasil transkripsi repertoar Selimut Putih, penulis akan menggunakan instrument violin untuk menentukan pemakaian interval, dan interval yang digunakan dapat di lihat dari table berikut:
Tabel 5.2:
Pemakain interval dalam repertoar Selimut Putih
No
|
Nama Interval
|
Posisi
|
Jumlah
|
1
|
Prime
|
|
12
|
2
|
2m
|
Naik
|
14
|
|
|
Turun
|
8
|
3
|
2M
|
Naik
|
26
|
|
|
Turun
|
32
|
4
|
3m
|
Naik
|
9
|
|
|
Turun
|
10
|
5
|
3M
|
Naik
|
1
|
|
|
Turun
|
1
|
6
|
4P
|
Naik
|
4
|
|
|
Turun
|
1
|
7
|
5P
|
Naik
|
1
|
|
|
Turun
|
4
|
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa interval yang paling banyak muncul adalah interval 2M, apabila digabungkan posisi naik dan turun yaitu sebanyak 58 kali. Sedangkan interval kedua yang paling banyak muncul adalah 2m, apabila digabungkan posisi naik dan turun 2m jumlahnya adalah 22 kali. Hal ini berarti bahwa banyak nada yang muncul berdampingan atau nada-nada yang digunakan memiliki jarak yang berdekatan.
5.2.7 Pola Kadensa (Cadence Patterns)
Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu yang biasanya ditandai dengan tanda istirahat. Pola kadensa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: semi kadens (half cadence) dan kadens penuh (full cadence). Semi kadens (half cadence) adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai (complete) dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Sedangkan kadens penuh (full cadence) adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai (lengkap) sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan keinginan/ kesan untuk menambah gerakan ritem.
Berikut pola kadensa yang terdapat pada lagu Selimut Putih yaitu :
Frasa A
Frasa B
5.2.8 Formula Nada (Melodie Formula)
Dalam medeskripsikan formula nada, ada tiga hal yang penting untuk dibahas, yaitu bentuk, frasa, dan motif. Netll (1964:149-150) mengatakan bahwa bentuk adalah hubungan diantara bagian-bagian dari sebuah komposisi, termasuk hubungan diantara unsur-unsur melodis dan ritmis, atau dengan pemahaman sederhana, bentuk merupakan suatu aspek yang menguraikan tentang organisasi musikal. Frasa adalah suatu unit dari melodi di dalam komposisi. Sedangkan motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi. Bentuk disimbolkan dengan huruf A, B, C, dan seterusnya, sedangkan frasa dituliskan ke dalam angka-angka.
Ada beberapa jenis bentuk (form) menurut Malm (1976:8) antara lain:
Repetitive, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan.
2. Ireratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.
3. Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frase pertama setelah terjadi penyimpangan melodis.
4. Strofic, yaitu bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama namun menggunakan teks yang baru.
5. Progressive, yaitu bentuk nyanyian selalu berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.
Berikut analisa bentuk, frasa, motif pada lagu Selimut Putih:
A
1 2 3 4 5 6 7
B
8 9 10 11 12 13 14
C
15 16 17 18 19 20 21
D
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 32 33 34 35
E 36 37 38 39 40 41 42
F
43 44 45 46 47 48 49
G 50 51 52 53 54 55 56
H
57 58 59 60 61 62 63
64 65 66 67 68 69 70
Setelah dianalisis, bentuk repertoar pada Selimut Putih dapat dituliskan dengan urutan A-B-C-D-E-F-G-H. Motif melodi pada bentuk A, B, C, D, E, F, G diulang dengan nada sedikit berbeda dan diberi lambang aksen untuk membedakan melodi tersebut.
5.2.9 Kontur (Contour)
Kontur adalah garis atau melodi pada sebuah lagu (Malm 1964:8). Defenisi yang sama, kontur adalah alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik garis. Ada beberapa jenis kontur yang dikemukakan oleh Malm (Malm dalam Jonson 2000: 76), antara lain:
Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnnya naik dari nada rendah ke nada
yang lebih tinggi, seperti gambar :
Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke nada yang rendah, seperti gambar :
Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah. Begitu juga sebaliknya, seperti gambar :
Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti gambar:
5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakan intervalnya terbatas, seperti gambar:
Berikut beberapa bentuk kontur yang terdapat pada lagu Selimut Putih :
Pendulous
Terdapat pada bar 4 sampai bar 10
Statis
Terdapat pada bar 1 dan 2
Secara ringkas, analisis lagu Selimut Putih adalah sebagai berikut.
Tempo : 102 MM
Durasi Waktu : 4.3 Menit
Meter : 3 ketukan dalam satu siklus dan dinyatakan dalam meter
3/4
4. Aksen : di setiap ketukan pertama
BAB VI
ANALISIS LIRIK LAGU
6.1 Analisis Tekstual
Hal-hal yang perlu dikaji pada teks musik Padang Pasir berikut ini yaitu struktur dan isi teks. Berkenaan dengan analisis, unsur yang dianalisis dari teks adalah makna denotatif (sebenarnya), konotatif (tidak sebenarnya), filosofis (makna filsafah) dan gaya bahasa yang di kutip (M. Agustina 1995:24). Dalam hubungan kajian tekstual yang dimaksud adalah kajian terhadap unsur-unsur teks yang berkenaan dengan musik Padang Pasir yang berisikan tentang nasehat dan doa.
6.2 Struktur Lirik
Pengertian struktur adalah bagaimana sesuatu disusun, susunan atau bangunan (Poerwadaminta 1976: 965). Dari aspek tekstualnya, struktur dari teks musik Padang Pasir kelihatannya menuntut penggunaan aspek sastra dalam liriknya. Dalam Bab VI ini, penulis akan mengkaji lirik dalam lagu-lagu irama Padang Pasir ciptaan Ahmad Baqi. Kajian ini menggunakan teori semiotik, yang mencakup makna intrinsik lagu, kajian mengenai tanda-tanda lagu itu sendiri, seperti kualitas nyanyian, aktualisasi lagu, dan pengorganisasian lagu. Kemudian melangkah kepada refrensi lagu, yaitu kajian tanda-tanda nyanyian dengan berbagai objek yang mungkin memfokuskan kepada signifikasi nyanyian dengan objek yang lebih luas.
6.3 Teks dalam Lagu-lagu Padang Pasir
Dalam setiap pertunjukkannya, terjadi komunikasi antara seniman dan penonton. Komunikasi seni pertunjukkan itu mencakup lirik atau teks lagu-lagu Padang Pasir yang memiliki ciri khas dibandingkan komunikasi verbal dengan bahasa seharian. Komunikasi lisan dalam musik Padang Pasir biasanya menggunakan berbagai gaya bahasa (metafora, aliterasi, pengulangan, hiperbola, dan sebagainya). Komunikasi lisan ini juga menjadi bagian dengan aspek-aspek yang bukan lisan seperti nada, irama, ritme, melodi, gerak-gerik, dinamika dan sebagainya.
Teks dalam lagu-lagu Padang Pasir biasanya mengekspresikan tema yang akan dikomunikasikan oleh pencipta kepada para pendengar. Teks ini ada yang sifatnya mudah dicerna, ad pula teks yang sulit untuk dicerna. Oleh karena itu, teks dalam lagu-lagu Padang Pasir ini perlu diresapi, dipahami oleh pendengar.
6.3.1 Teks Lagu Selimut Putih
Keseluruhan teks lagu Selimut Putih ini adalah seperti berikut.
Selimut Putih
Bila Izrail datang memanggil,
Jasad terbujur di pembaringan,
Seluruh tubuh akan menggigil,
Sekujur badan kan kedinginan.
Janganlah suka disanjug-sanjung,
Engkau digelar manusia agung,
Sadarlah diri tahu diuntung,
Tiba saatnya keranda diusung.
Bila masanya insyaflah diri,
Selimut putih pembalut badan,
Tinggallah semua yang dikasihi,
Berbaktilah hidup sebelum mati.
(Sumber: lagu nasyid ciptaan Haji Ahmad Baqi dari Sumatera Utara)
Struktur intrinsik musik lagu ini adalah menggunakan meter tiga, yang tidak lazim dalam budaya musik Melayu. Pencipta musik ini, iaitu Ahmad Baqi dipengaruhi oleh rentak wals dalam muzik Barat. Pada dekade 1960-an. Rentak ini amat populer dalam kebudayaan Melayu, termasuk di Sumatera Utara di masa kini. Manakala tangga nada (scale) yang digunakan major yang umumnya digunakan untuk irama gembira. Namun untuk memberikan kesan suasana sedih digunakan nada-nada kromatik. Sementara durasi nada yang digunakan adalah dominan not seperlapan dan seperempat untuk lebih memberikan kesan tema lagu ini tentang kematian.
Tema tentang kematian dalam Islam ini dapat dirujuk pada Al-Quran surat Yassin ayat 12, seperti berikut ini.
Artinya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk (Lauh Mahfuzh) yang nyata.”
Ayat Qur’an di atas menerangkan bahwa Allah menghidupkan orang mati, dan Dia menulis semua perbuatan orang selama hidup di dunia ini. Ini adalah indeks bahwa selama hidup di dunia orang mestilah beramal baik, agar ditempatkan di tempat yang baik pula di negeri akhirat. Ajaran Islam tentang kematian ini diungkap pada lagu Padang Pasir tersebut.
Pada bait pertama ayat-ayatnya adalah menggambarkan bagaimana ketika seseorang itu meninggalkan dunia fana ini, menuju alam kubur dan lebih jauh lagi alam akhirat, di mana saat itu terjadilah hari pembalasan, yaitu pembalasan terhadap semua pahala dan dosa yang dilakukan seseorang di dunia ini. Adapun selengkapnya kalimat pada bait ini adalah sebagai berikut: Bila Izrail datang memanggil; Jasad terbujur di pembaringan; Seluruh tubuh akan menggigil; Sekujur badan kan kedinginan. Bila masanya manusia mati, maka tidak ada yang boleh mengundurkannya walau sesaat pun, atau seseorang ingin lebih cepat meninggal dunia maka tidak ada seorang pun yang bisa mempercepatnya, semua itu tergantung kepada takdir Allah s.w.t.. Dalam sistem keimanan Islam, malaikat pencabut nyawa adalah Izrail. Ia akan melaksanakan perintah Allah untuk mencabut nyawa manusia ketika saatnya telah tiba. Ketika Izrail mencabut nyawa, maka jasad (fisik) manusia terbujur lemas di pembaringan (tempat tidur). Seluruh tubuh manusia yang dicabut nyawanya akan menggigil dan sekujur badannya kedinginan, kerana sakitnya menghadapi kematian itu, terutama mereka yang banyak melakukan dosa ketika hidupnya. Hal ini tidak terjadi kepada yang banyak mengumpulkan pahala ketika hidupnya. Dalam menghadapi kematian ini Rasulullah berpesan kepada umat Islam untuk beribadahlah seakan-akan esok akan mati, dan bekerjalah seakan-akan kita akan hidup seribu tahun lagi. Ajaran ini menggagaskan bahawa tujuan hidup umat Islam adalah keseimbangan antara keperluan dunia dengan akhirat sekali gus. Adalah berbahaya apabila lebih cenderung kepada salah satunya saja.
Seterusnya pada bait kedua, pencipta lagu ini, Ahmad Baqi, menyampaikan pesan agar selama hidup di dunia ini jangan sombong, tidak usah mengejar-ngejar sanjungan manusia lain, tidak usah mengejar gelaran manusia agung, kerana bagaimana pun ada saatnya kita meninggalkan dunia fana ini, ketika kita berada di keranda dan diusung oleh manusia lain, oleh kerana itu sadarlah hidup selama di dunia ini. Nasehat-nasehat itu tercermin pada teks: Janganlah suka disanjug-sanjung; Engkau digelar manusia agung; Sadarlah diri tahu diuntung; Tiba saatnya keranda diusung. Demikian kira-kira tafsiran semiotik terhadap bait kedua lagu ini.
Kemudian bait tiga lagu Selimut Putih karya Haji Ahmad Baqi ini pesannya juga masih merupakan nasehat kepada para pendengar. Selengkapnya teks bait ketiga adalah: Bila masanya insaflah diri; Selimut putih pembalut badan; Tinggallah semua yang dikasihi; Berbaktilah hidup sebelum mati. Ketika seseorng itu telah berada dalam sakaratul maut, maka biasanya dia akan sadar dan insaf akan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Dia pergi hanya dengan membawa sehelai selimut putih sebagai pembalut badan. Tidak ada harta lain yang dibawanya selain selimut putih itu. Jadi tidak boleh terlalu dibesar-besarkan dan dibangga-banggakan harta yang ia cari selama ini. Apalagi harta itu diperoleh dari cara-cara yang haram, tentu sahaja akan berakibat bagi keturunannya. Kalimat ketiganya mengingatkan pula tentang tinggallah semua yang dikasihi, seperti isteri/suami, anak-anak, emak, ayah, kerabat dan keluarga, sahabat dan orang-orang lainnya yang selama ini dikasihi dan mengasihi. Jadi dalam menghadap Allah di alam akhirat hanya amallah yang boleh menolong seseorang yang telah meninggal dunia. Dalam ajaran Islam pula, hanya ada tiga amalan yang masih berlaku ketika seseorang meninggal dunia, yaitu: harta yang diwakafkan di jalan Allah, ilmu yang diturunkan kepada orang lain, dan amal anak-anak yang soleh. Dalam ayat keempat mesej yang disampaikan adalah nasihat berupa berbuatlah amal sebelum mati, berbuatlah kebajikan selama masa hidup di dunia, yang sebenarnya hanyalah tempat tinggal sementara menuju kampung abadi akhirat. Sebagai seorang Muslim hendaklah beribadah dalam konteks hubungan kepada Tuhan dan hubungan kepada manusia dan makhluk lainnya. Dengan demikian Allah akan meridhai kehidupan kita. Demikian kira-kira pesan semiotik yang disampaikan menerusi lagu Selimut Putih ini.
|