• 1.2 Pokok Permasalahan
  • 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
  • 1.3.2 Manfaat Penelitian
  • 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
  • Bab I pendahuluan 1 Latar Belakang Masalah




    Download 406 Kb.
    bet1/4
    Sana29.12.2019
    Hajmi406 Kb.
    #6309
      1   2   3   4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Seni musik adalah bahagian dari seni secara umum, yang mempunyai tempat yang mendasar dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Seni musik, sebagai salah satu dari cabang kesenian, dan suatu hasil karya seni bunyi, dalam bentuk lagu atau komposisi musik, mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya. Musik ini disukung oleh unsur-unsur seperti: irama, melodi, harmoni, bentuk, ritme, ketukan dasar, tempo, dan lainnya. Musik telah berkembang begitu pesat, sehingga bukan saja menyampaikan bunyi-bunyi yang baru, akibat munculnya berbagai alat musik baru, sesuai perkembangan teknologi yang baru, tetapi juga konsep pada penciptanya dalam menghasilkan karya-karya musiknya.

    Sejarah peradaban musik yang begitu panjang, yang berkembang sedemikian jauh berdasarkan waktu dan ruang yang dilaluinya. Kini musik memiliki kompleksitas problematiknya yang luas dan mendalam. Musik bukan lagi hanya sekedar sarana pengungkapan diri manusia yang terbatas pada hal-hal yang bersifat ritual, tetapi juga mencakup aspek emosional, sensual, estetis, komunikatif, juga sebagai sarana hiburan, baik di dalam masryarakat perkotaan maupun pedesaan di seluruh dunia. Pertunjukan musik dapat kita jumpai di berbagai acara, baik secara langsung maupun melalui media seperti televisi, internet, radio, dan media lain yang menampilkan pertunjukan musik. Dengan demikian, musik adalah bahagian tidak terpisahkan dari kebudayaan manusia.

    Musik adalah ekspresi kebudayaan manusia, yang mendukungnya. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dan kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang dijadikan milik manusia dengan proses belajar. Kebudayaan itu memiliki tujuh buah unsur dan salah satunya adalah kesenian.1 Seni ini memiliki rumpun-rumpunnya seperti seni pertunjukan, seni rupa, dan seni mediia rekam.

    Menurut Murgiyanto, seni terdiri dari rumpun-rumpun seni, antara lain; seni pertunjukkan (seni musik, tari dan teater), seni visual(seni patung, lukis), dan seni media rekam. Pada dasarnya seni bersumber dari perasaan manusia, seperti senang, sedih, marah, kecewa, cinta, dan lain-lain yang dapat diwujudkan dalam bentuk karya seni. Perkembangan dan pertumbuhan seni tidak terlepas dari kehidupan manusia, karena seni sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia.

    Kebudayaan musik dunia yang terwujud pada saat ini, mengandung begitu banyak ekspresi yang khas, yang di dalamnya dapat kita temui berbagai keanekaragaman konsepsi, dan gagasan budaya yang tujuan nilai-nilainya begitu mendalam. Penghayatan, pemahaman, dan daya tanggap masyarakat kepada fenomena budaya seni menyebabkan pilihan-pilihan ke mana mereka harus mengapresiasi jenis musik. Ada musik populer dunia, musik pop nasional, musik pop daerah, musik tradisi etnik, musik religi, dan lain-lainnya. Termasuk di antara musik religi Islam dalam konteks Sumatera Utara adalah genre (jenis) musik Padang Pasir.

    Dalam kebudayaan Islam di dunia Islam dan Nusantara, terdapat berbagai jenis seni musik dan tari. Di antaranya adalah nasyid, kasidah, barzanji, marhaban, nazam, gurindam, syair, ghazal, zapin, dana, bedana, selawat. salawaik dulang, kuntulan, hadrah, marawis, saman,meusekat, dikie, zikir, terbangan, cempuling, genjring bonyok, irama Padang Pasir, dan masih banyak lagi yang lainnya.2 Di antara genre-genre seni Islam di atas, kadang saling meminjam dan menggunakan. Contohnya antara nasyid dan kasidah biasanya saling memakai lagu-lagu yang lazim digunakan dalam dua genre ini. Pada awalnya kasidah di Tanah Arab menurut pendapat para informan adalah nyanyian para penunggang (kafilah) unta untuk memuji Nabi Muhammad. Namun dalam perkembangannya di dunia Islam, seni kasidah ini kemudian tidak saja dalam konteks dimaksud, tetapi telah mengalami perkembangan dan pembumian menurut kawasan di mana kasidah itu berkembang. Misalnya di Indonesia terdapat kasidah modern yang menggunakan alat-alat musik elektrik dan menggunakan rentak-rentak Melayu. Di antara lagu kasidah yang terkenal adalah Ya Thoyibah dan lagu-lagu Islamik yang dinyanyikan dan diciptakan oleh kelompok musik populer Indonesia yaitu Bimbo dari Kota Bandung, Jawa Barat, seperti lagu Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya kepada Bapaknya, Tuhan, dan lain-lainnya.

    Demikian pula dalam konteks Nusantara, muncul berbagai peristilahan setempat, yang tidak dijumpai dari negeri-negeri asal pertumbuhan Islam, khususnya di Jazirah Arab dan Afrika bahagian utara. Dalam hal ini di Nusantara muncul istilah-istilah seni Islam seperti disebut di atas. Misalnya genre salawaik dulang adalah shalawat yaitu puji-pujian kepada Nabi Muhammad yang diharapkan syafaatnya oleh seluruh umat Islam di hari akhirat kelak, yabng khas bersuasana Minangkabau. Genre seni ini menggunakan talam (dulang) sebagai alat musik pengiringnya menggantikan alat musik rebana (single headed frame drum chordophone). Di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam muncul pula seni Islam yang disebut dengan tari dan musik saman, yang awalnya muncul di kawasan Gayo dan Alas. Kesenian ini diperkirakan dibawa oleh Syekh Saman yang mengembangkan tarikat samaniyah di Nusantara.

    Tidak ketinggalan pula, di Sumatera Utara, muncullah istilah musik Padang Pasir, untuk menyebutkan musik-musik Islam yang kuat bersuasana musik Arab. Pengertian padang pasir ini sendiri merujuk kepada kawasan negeri-negeri Arab, yang ciri utamanya adalah merupakan padang pasir atau gurun, yang paling luas adalah Gurun Sahara. Istilah ini populer di tahun 1960-an ketika sebuah orkes, yang bernama El-Suraya, yang lazim membawakan lagu-lagu Islamik dibentuk oleh Haji Ahmad Baqi di Kota Medan. Beliau adalah pelopor awal pembawa musik padang pasir di kawasan Sumatera Utara.

    Keberadaan Haji Ahmad Baqi dan Orkes El-Suraya pimpinan belaiau ini, menurut pendapat sebahagian besar informan, menjadi penting dalam rangka pembentukan nama dan genre seni musik Padang Pasir di kawasan Sumatera Utara. Bahkan perkembangan genre musik ini sampai ke Negara Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan di negeri-negeri Melayu lainnya.

    Sebagaimana keberadaan orkes-orkes musik di Kota Medan di dasawarsa 1960-an, salah satunya adalah orkes musik El-Suraya dengan mengolaborasikan seni musik Melayu dan Arab. Kelompok musik El-Suraya didirikan oleh Haji Ahmad Baqi pada tahun 1964. Awal pembentukan ataupun latar belakang berdirinya orkes musik El-Suraya, karena alasan keagamaan yaitu sedikitnya lagu-lagu Islam serta anjuran dari teman-teman Ahmad Baqi yang menggeluti bidang agama di Pesantren Darul Ulum,Tapanuli Tengah. Didirikannya orkes El-Suraya di Kota Medan oleh Haji Ahmad Baqi, bertujuan dakwah. Penyiaran agama Islam ini bisa melalui sisi seni yang diwakili oleh Ahmad Baqi dan sisi syiar Islam yang diwakili ulama yaitu Al-Ustad Azra’i Abdul Rauf dan H. Abdul Razak. Kedua-duanya sebagai guru qori bertaraf international. Ketiga tokoh Islam Sumatera Utara ini bisa bersatu dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran tentang keislaman melalui musik, dengan harapan dikemudian hari kelak bisa dikenang oleh anak cucu mereka.

    Orkes musik El-Suraya adalah orkes yang beraliran musik Arab. Pemilihan aliran musik ini dilandasi kenyataan bahwa Ahmad Baqi sangat suka mendengarkan lagu-lagu dari Arab, dan beliau juga berpendidikan agama Islam yang ditimbanya dari negeri Arab, yaitu Mesir. Menurut penjelasan para informan, hampir setiap hari beliau meluangkan waktu untuk mendengarkan lagu-lagu Arab tersebut di televisi, yang dipersembahkan oleh penyanyi Islam kenamaan Mesir yaitu Ummi Kalstum, Abdul Halim Hafiz, dan Abdul Wahab. Ketiganya adalah sebagai seniman dan pencipta lagu-lagu Mesir. Aliran musik Arab melandasi tumbuh dan berkembangnya orkes musik El- Suraya adalah karena Ahmad Baqi berasal dari keluarga ulama. Ayahnya H. Abdul Majid, adalah seorang ulama Islam. Selain itu karena Ahmad Baqi pernah mendapatkan pendidikan di Pesantren Darul Ulum, Tapanuli Tengah. Dari sinilah Ahmad Baqi mengadopsi lagu-lagu dari Arab dengan menyatukan lagu-lagu Melayu seperti gerenek ataupun cengkok menyanyi. Letak perpaduan antara lagu-lagu tersebut bisa disimak dalam album orkes El-Suraya. Penikmat musik bisa menemukan perpaduan antara musik Arab Timur Tengah dan musik Melayu. Seperti yang tercermin dalam lagu-lagu: Selimut Putih, El-Ghuyyum, Balladi, Zikrayat, El-Hamamah, Sadarlah, Takdir, Doa dan Air Mata, dan lain-lainnya.

    Musik Padang Pasir ini mengalami masa keemasannya di Sumatera Utara selama dua dekade yaitu tahun 1960 sampai 1970-an. Pada masa ini selain kelompoknya Ahmad Baqi muncul pula grup sejenis seperti Orkes Al-Wathan yang dipimpin oleh Mukhlis, juga kelompok Nurul Asiah yang diketuai oleh Hajjah Nurasiah Jamil. Ketiga tokoh inilah sebagai ikon musik Padang Pasir di Sumatera Utara.

    Di era 1980-an dan 1990-an keberadaan musik Padang Pasir sedikit meredup, seiring datangnya perubahan zaman. Era ini kemudian diewarnai dengan munculnya grup nasyid dan kasidah yang didukung oleh industri rekaman baik di tingkat nasional maupun internasional. Era ini muncul grup-grup nasyid seperti Snada, Al-Kahfi, Debu, dan lain-lainnya di peringkat nasional, yang umumnya memprduksi musik Islam di Jakarta di bawah beberapa perusahaan rekaman. Di Asia Tenggara khususnya Malaysia juga muncul kelompok-kelompok nasyid yang sifat penyebarannya adalah internasional. Di antanya yang terkenal adalah Raihan, ada pula Inteam, Hijaz, dan lain-lain. pangsa pasar mereka adalah Dunia Melayu seluruh Asia Tenggara. Selain itu ada pula kelompok musik Islam yang memperkenalkan vokal anak-anak yang bertujuan mengisi produksi musik Islam untuk anak-akan.. Di antaranya yang terkenal adalah Yulis.

    Untuk mengisi keberadaan genre musik Islam, maka beberapa generasi penerus genre padang Pasir, ingin terus mengekalkan seni ini. Di antaranya adalah Al-Shabab pimpinan Zulfan Effendi Lubis. Begitu pula dengan El-Suraya yang dipimpin oleh putra Ahmad Baqi yaitu Ahmad Syauqi. Kedua-duanya berada di Kota Medan. Sementara di Kota Binjai adalah kelompok Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah pimpinan Hajjah Saidah Lubis.

    Berdasarkan aspek sejarah musik Islam diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab yang datang untuk menjual berbagai kebutuhan3. Selain para pedagang ada juga kaum ulama yang datang untuk menyebarkan agama Islam sekaligus menyebarkan musik-musik yang bernuansa Islami yang di kenal di Indonesia yaitu musik Padang Pasir. Musik hiburan Padang Pasir sudah menjadi sebuah kebutuhan komunikasi bagi masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat menuju kebaikan melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir.

    Menurut pendapat informan, pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia awalnya tumbuh di Sumatera Utara sekitar tahun enam puluhan.4 Perkembangan zaman menimbulkan perubahan seperti pada berbagai jenis grup musik yang hampir sama dengan Orkes Padang Pasir yaitu seperti grup musik nasyid dan shalawat.

    Nasyid adalah grup musik yang mengandalkan suara vokal dan tarian, dan hanya menggunakan alat musik seperti marawis (gendang kecil), hajir (gendang besar) dan tamborin. Contoh lagu yang dibawakan oleh grup nasyid sama seperti lagu yang dibawakan oleh grup Padang Pasir yaitu lagu-lagu yang di ciptakan oleh Ahmad Baqi dan Nurasiah Jamil. Hanya konsep penyajian musiknya saja yang berbeda. Shalawat adalah grup musik Islam yang mengutamakan tema pada puji-pujian atau shalawat kepada Nabi Muhammad, yang menggunakan alat musik seperti beduk, biola, gitar, bahkan dengan jumlah personil yang tidak terbatas. Contoh lagu yang dibawakan grup nasyid adalah lagu-lagu yang dibawakan oleh Rayhan, Kahfi, Rabani, Madani, dan Opik.

    Keberadaan musik Padang Pasir tidak hanya dikarenakan kebutuhan rohani saja, namun banyak juga masyarakat yang menyukai musik ini dikarenakan irama-irama dan syair-syair dari musik itu sendiri yang juga bukan hanya ditujukan untuk kebutuhan religi, tetapi sekaligus untuk hiburan, khususnya untuk masyarakat muslim di Binjai. Kota Binjai adalah salah satu kota di Sumatera Utara yang menjadi tempat berkembangnya musik Padang Pasir. Dari perkembangan musik Padang Pasir ini munculah beberapa grup-grup di kota Binjai, salah satunya yaitu Grup irama Padang Pasir yang bernama Nurul Hasanah. Grup ini berdiri sendiri sampai sekarang ini dan memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Berdasarkan pengamatan sementara masyarakat di Kota Binjai, kemunculan Orkes Padang Pasir saat ini cukup diminati oleh masyarakat yang umumnya beragama Islam, ulama, dan para seniman di Binjai. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertunjukan yang dilaksanakan oleh grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah sebagai musik hiburan di Kota Binjai.

    Nurul Hasanah merupakan grup musik Padang Pasir di kota Binjai yang merupakan grup musik yang terdiri sejak tahun 1990. Beralamat di komplek Asrama 121 Kebun Lada Binjai. Pemimpin grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang bernama Hajjah Saidah Lubis. Beliau bertempat tinggal di Asrama 121, Kebun Lada, Binjai. Tempat tinggal beliau sekaligus menjadi tempat di mana para personil-personil musik Nurul Hasanah latihan.

    Nurul Hasanah tumbuh karena para musisi yang ingin mengembangkan musik yang bernuansa Islami ini agar tidak punah dan berkembang dari zaman ke zaman, karena musik Padang Pasir di Binjai cukup diminati sebagai wadah hiburan oleh masyarakat Muslim di kota Binjai. Di mana kegiatan mereka di sini adalah sebagai musik hiburan, yang biasanya berkegiatan dalam acara pernikahan, sunatan, Isra’Miraj, dan Maulid Nabi dan acara keagamaan lainnya.

    Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah dulunya memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung segala aktivitas persiapan untuk pertunjukan, seperti alat musik suling, akordion, keyboard, biola, conga, dan tempat latihan. Namun, setelah zaman terus berkembang, sudah sangat jarang sekali orang yang bisa menggunakan alat musik yang tidak umum seperti akordion dan suling, sehingga sarana di Nurul Hasanah ini juga semakin berkurang yang sekarang hanya menggunakan alat musik seperti biola, conga, keyboard, dan tamborin.

    Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik yang selalu menyajikan suatu struktur musik dengan tujuan untuk dipertunjukkan. Grup musik ini menggarap musik-musik irama Padang Pasir menjadi lebih modern dengan menggunakan alat musik Barat dan digarap sebaik mungkin. Sehingga dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, penonton dapat menikmati musik mereka dan mengambil pesan yang disampaikan.

    Saat ini cukup banyak orang yang mengadakan acara seperti pesta pernikahan, sunatan, bahkan acara hari besar keagamaan seperti Isra’ Mi’raj, dan Maulid Nabi, yang menginginkan grup musik Padang Pasir sebagai hiburan untuk menghibur para tamu atau masyarakat setempat. Karena selain membawakan lagu-lagu yang bernuansa islami, Nurul Hasanah juga membawakan lagu-lagu hiburan seperti dangdut, India, Batak, Melayu dan lain-lain. Bagi para seniman ini sendiri, menjadikan grup musik Padang Pasir adalah sebagai wadah atau ajang kreativitas untuk menuangkan kemampuan yang mereka miliki untuk diasah agar menjadi lebih berkembang dan lebih berkualitas khususnya di grup musik Nurul Hasanah Binjai.

    Keberadaan Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah telah mengambil hati para masyarakat setempat. Musik Padang Pasir juga mendapat sambutan dari berbagai kelompok atau kalangan kelompok seni di Binjai maupun di Medan, dan ini terbukti dari semakin bertambahnya kelompok-kelompok seni musik yang mendirikan grup-grup musik Padang Pasir sebagai wadah hiburan khususnya di Kota Binjai.

    Ketertarikan penulis terhadap keberadaan kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini adalah sebagai berikut. (i) Kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini berada di luar Kota Medan, yaitu tepatnya di Kota Binjai, yang selama ini bahwa pusat perkembangan awal orkes Padang Pasir adalh di Kota Medan, khususnya orkes pertama Padang Pasir El-Suraya pimpinan H. Ahmad Baqi; (ii) Kelompok musik Padang Pasir Nuruln Hasanah ini, dibentuk dan didirikikan oleh Hajjah Saidah Lubis ketika genre musik ini mengalami penurunannya. Apa latar belakang kelompok ini mempertahankan genre musik padang Pasir di tengah munculnya genre-genre yang menguasai pangsa pasar musik Islam. Apakah mereka ini berhasil? Apa-apa saja yang menjadi tantangannya. (iii) Dibandingkan dengan kelompok Orkes El-Suraya yang diteruskan oleh keturunan kandung Ahmad Baqi yaitu Ahmad Sauqi, maka Hajjah Saidah Lubis hanyalah sebagai bekas vokalis El-Suraya, maka bagaimana ia meneruskan genre musik Padang Pasir ini sesuai dengan kapasitasnya? (iii) Secara keilmuan, fenomena kelompok musik Padang Pasir Nurul hasanah di Kota Binjai ini, amat menarik dilihat dari aspek enkulturasi budaya dan juga persebarannya dari Kota Medan ke Binjai. (iv) Selain itu, kalau dalam perkembangan awal, orkes irama Padang Pasir sangatlah menonjol peran kaum lelaki, maka di dalam kelompok Nurul Hasanah ini, maka penulis melihatnya agak meononjol peranan kaum wanita, khususnya yang diperankan oleh Hajjah Saidah Lubis.

    Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengkaji dan mengangkat topik ini menjadi bahan penelitian untuk bahan skripsi saya dengan judul: Analisis Fungsi, Struktur Musik, dan Lirik Lagu-lagu yang Dipertunjukkan oleh Kelompok Musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Binjai, Sumatera Utara. Ada tiga penekanan utama kajian ini yaitu fungsi sosial dan budaya, struktur musik yang mencakup aspek melodi dan ritme, serta struktur lirik atau teks lagu-lagu yang disajikan oleh kelompok ini.

    1.2 Pokok Permasalahan

    Banyak aspek keilmuan secara etnomusikologis yang dapat dikaji melalui keberadaan dan fenomena kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Kota Binjai ini, baik dari segi fungsional, struktural, sosial, psikologis, dan lain-lainnya. untuk itu, perlu ditentukan pokok masalah agar lebih terfokusnya studi yang penulis lakukan ini. Adapun pokok permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.



    1. Bagaimana fungsi dan penggunaan musik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Fungsi dan penggunaan ini mencakup sejauh apa music mereka ini digunakan dan difungsikan oleh masyarakat pendukungnya, terutama masyarakat Islam di Kota Binjai dan sekitarnya.

    2. Bagaimana struktur musik yang disajikan oleh Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Struktur musik yang akan dikaji mencakup aspek melodi, ensambel yang digunakan, ritme, dan sejenisnya yang terangkum dalam dimensi ruang dan waktunya.

    3. Bagaimana struktur lirik yang disajikan oleh Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Struktur lirik yang penulis maksud adalah struktur teks yang digunakan dalam lagu-lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi di dalam kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah. Struktur ini dilatarbelakangi oleh kebudayaan di mana ia tumbuh, dalam hal ini adanya pantun, rima (persajakan), baris teks, bait, dan seterusnya. Dengan berkonsentrasi dalam tiga aspek ini, maka diharapkan penelitian ini akan lebih terfokus dan terarah.

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan Penelitian

    Adapaun tujuan dari penelitian ini meliputi:



    1. Untuk mengetahui fungsi dan penggunaan musik orkes Padang Pasir Nurul Hasanah.

    2. Untuk mengetahui struktur musik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah.

    3. Untuk mengetahui struktur lirik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah.


    1.3.2 Manfaat Penelitian

    Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan yang lebih dalam lagi kepada para pembaca terhadap fungsi dan penggunaan musik orkes Padang Pasir di kota Binjai.

    2. Penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah skripsi ini dapat menjadi Sebagai salah satu sumber informasi dan dokumentasi bagi para pembaca.

    3. Penelitian ini akan bermanfaat kepada para pembaca dan semua orang yang memiliki kepedulian terhadap eksistensi orkes Padang apsir untuk menambah pengetahuan tentang struktur musik dan struktur lirik.

    4. Memberikan manfaat kepada disiplin etnomusikologi dalam melihat musik, kebudayaan, kreativitas, dan pengembangan karya musik.



    1.4 Konsep dan Teori

    1.4.1 Konsep

    Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris. Konsep merupakan hal yang paling penting dalam melaksanakan penelitian. Konsep digunakan sebagai alat untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan penjabaran.

    Maka dari itu penulis memberikan konsep dari beberapa kata yang ada dalam tulisan ini sesuai dengan judul yang dibahas. (a) Konsep tentang analisis yang dimaksud dalam tulisan ini adalah mencakup: (1) penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, perbuatan dan lain sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan lain sebagainya), (2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, (3) penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat-zat bagiannya dan sebagainya, dalam tulisan ini maknanya tidak mengacu kepada penyelidikan kimia, tetapi penyelidikan kebudayaan, (4) penjabaran sesuadah dikaji sebaik-baiknya, (5) proses pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya, (6) penguaraian karya sastra atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antara unsur-unsur tersebut, (7) proses akal yang memecahkan masalah ke dalam bagian-bagiannya menurut metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya (Poerwadarminta, 1990:32).

    (b) Untuk lebih memahami penggunaan dan fungsi yang dimaksud, dalam penelitian ini lebih mengacu pada pandangan Allan P Marriam (1964:210) mengenai fungsi dan penggunaan musik. Penggunaan (use) lebih menitik beratkan pada masalah situasi atau cara bagaimana musik itu digunakan, sedangkan fungsi (function) lebih menitik beratkan pada alasan penggunaan atau tujuan pemakaian musik itu sendiri, dengan maksud yang lebih luas sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan dalam konteks penyajiannya.

    (c) Dalam Kamus Dewan (2002) musik didefinisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah. Menurut Wikipedia Indonesia (2007) musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang.

    (d) Struktur adalah unsur serapan dari bahasa Inggris yaitu structure. Kata ini memiliki arti sebagai: susunan, bangunan dan kerangka (Echols dan Shadily 1978:563). Dalam kaitannya dengan tulisan ini, struktur yang dimaksud adalah merujuk kepada dua aspek yaitu struktur melodi dan struktur teks atau lirik. Struktur melodi lebih khusus merujuk kepada melodi lagu ciptaan Ahmad Baqi, yang terdiri dari unsur-unsur: tangga nada, nada dasar, formula melodi, interval yang digunakan, nada yang digunakan, pola-pola kadensa, dan kontur melodi. Sementara untuk teks atau lirik mencakup genre sastranya yaitu pantun, atau puisi. Kemudian kata-kata ini disusun oleh baris, bait, rima atau sajak, makna-makna (denotatif dan konotatif), interyeksi, struktur intrinsik, dan lain-lainnya.

    (e) Lirik atau teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari dari pengarang, kutipan dari Kitab Suci untuk pangkal ajaran, serta bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, dan sebagainya (Poerwadaminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005). Dalam kaitannya dalam penelitian ini, maka yang dimaksud dengan teks adalah lirik lagu-lagu Padang Pasir yang diciptakan oleh Ahmad Baqi. Teks ini ada yang berupa pantun, dan ada pula yang berupa puisi bebas karangan beliau, yang disesuaikan dengan progresi musiknya.

    (f) Musik Padang Pasir adalah salah satu musik yang memiliki irama Islami. Awalnya musik Padang Pasir ini hanya diminati oleh keturunan Arab saja, tapi sekarang sudah banyak penduduk pribumi yang menyukai lagu-lagu Padang Pasir. Musik yang berasal dari Timur Tengah ini memiliki sejarah yang sudah sangat lama dan ini dimulai sejak tahun enam puluhan. Dahulunya musik Padang Pasir bernama musik Gambus, dan setelah zaman berkembang maju, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah menjadi musik Padang Pasir.5 Musik Padang Pasir memiliki suara atau irama-irama yang berunsur Islami, baik dalam syair, melodi, dan ritme. Bahkan cara berpakaian personil grup Padang Pasir sangat menonjolkan unsur Islami. Musik Padang Pasir bukan hanya sekedar sebuah alat pengungkapan perasaan dari diri manusia yang terbatas pada hal-hal yang bersifat emosional dan sensual saja, tapi juga sebagai wadah hiburan. Musik hiburan Padang Pasir menjadi sebuah kebutuhan komunikasi bagi masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan untuk menata hidup kearah kebaikan.

    Musik Padang Pasir merupakan musik yang syair-syairnya dapat membantu manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada pencipta alam dan isinya. Melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir, manusia dapat belajar arti hidup dan kehidupan. Lagu-lagu musik Padang Pasir mengandung syair-syair bernilai positif, karena dalam syair-syair tersebut terdapat banyak nilai-nilai agama yang secara tidak langsung mengajak pendengar lagu tersebut untuk menyadari perbuatan-perbuatan negatif yang dilakukannya selama di dunia, seperti lagu Selimut Putih, Do’a dan Air Mata, dan Takdir. Lagu-lagu yang bernuansa islami ini mulanya diciptakan oleh Bapak Prof. H. Ahmad Baqi yang merupakan pimpinan Grup musik Padang Pasir El-Surayya yang bertempat tinggal di Kota Medan. Beberapa dari anggota grup musik El-Surayya bertempat tinggal di Kota Binjai. Bapak Prof. H. Ahmad Baqi telah wafat, dan Grup El-Surayya pun juga menjadi fakum dan tidak berkegiatan lagi untuk sementara waktu berhubung sedang berduka, dan akhirnya mereka keluar dari grup musik El-Suraya dan kemudian mereka membentuk grup Marhaban di Kota Binjai. Grup Marhaban ini terdiri dari kumpulan ibu-ibu yang membacakan doa dengan cara dinyanyikan (barzanji). Barzanji ini dilaksanakan pada upacara pernikahan dan khitanan, grup Marhaban ini membawakan lagu Islami dengan mempergunakan alat-alat musik pukul seperti tambourin, gendang besar, dan gendang kecil. Grup Marhaban yang hanya mengandalkan suara vokal dan alat-alat musik yang tidak bernada ini akhirnya mempunyai semangat dan ide kreatif untuk membentuk kembali grup musik Padang Pasir, hal ini dikarenakan ada beberapa anggota grup Marhaban yang menguasai alat musik seperti biola dan gendang, dan hanya penambahan alat musik akordion dan keyboard membuat grup musik ini menjadi lengkap sehingga berubah menjadi grup musik Padang Pasir. Grup musik Padang Pasir ini muncul dan dinamakan Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang artinya adalah Cahaya Kebaikan yang dipimpin oleh Ibunda Hajjah Saidah Lubis. Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah berdiri pada tahun 1990 yang beralamat di Asrama 121 Kebun Lada Binjai. Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini tumbuh karena para musisi di grup ini ingin mengembangkan musik yang bernuansa islami ini agar tidak punah dan dapat berkembang hingga saat ini. Selain itu penghasilan yang diperoleh dari setiap pementasan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah juga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi para musisi-musisi di Nurul Hasanah6.


    Download 406 Kb.
      1   2   3   4




    Download 406 Kb.

    Bosh sahifa
    Aloqalar

        Bosh sahifa



    Bab I pendahuluan 1 Latar Belakang Masalah

    Download 406 Kb.