• 1.5.1 Studi Kepustakaan
  • 1.5.2 Tempat Penelitian
  • 1.5.3.3Kerja Laboratorium
  • BAB II GAMBARAN UMUM PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR DI NUSANTARA DAN SUMATERA UTARA
  • 2.2 Perkembangan Musik Padang Pasir di Indonesia
  • 2.3 Perkembangan Musik Padang Pasir di Sumatera Utara
  • BAB III KELOMPOK MUSIK PADANG PASIR NURUL HASANAH DI BINJAI 3.1 Kelompok Musik Padang Pasir Di Binjai
  • 3.2 Kelompok Musik Padang Pasir Nurul Hasanah d i Binjai
  • 3.2.1 Struktur Organisasi dan Keanggotaan Grup Padang Pasir Nurul Hasanah
  • 3.3 Sarana dan Prasarana Nurul Hasanah
  • 3.3.1 Prasarana Tempat Sekretariat dan Tempat Latihan
  • Bab I pendahuluan 1 Latar Belakang Masalah




    Download 406 Kb.
    bet2/4
    Sana29.12.2019
    Hajmi406 Kb.
    #6309
    1   2   3   4

    1.4.2 Teori

    Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Dengan pengembangan teori-teori yang diangkat dari analisis kepustakaan, diharapkan dapat mendukung pikiran penulis apalagi didukung oleh fakta-fakta yang ada, sehingga peneliti ini dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang didasarkan pada tujuan yang telah dibuat .

    Dalam disiplin ilmu etnomusikologi, Merriam (1964:7-18) menyatakan bahwa dalam studi etnomusikologi tidak terlepas dari konteks kebudayaan secara keseluruhan. Untuk memahami penggunaan dan fungsi musik pada penyajian Orkes Padang Pasir pada permasalahan ini penulis berpedoman pada pendapat Allan P meriam (1964:209-226) yang menyatakan tentang penggunan musik yang meliputi perihal pemakaian musik dan konteks pemakaiannya atau bagaiman musik itu digunakan. Berkenaan dalam hal penggunaan yang dikemukakan oleh Allan P Merriam (1964:217-218) menyatakan perihal penggunaan musik sebagai berikut: (1) Penggunaan musik dengan kebudayaan material, (2) Penggunaan musik dengan kelembagaan sosial, (3) Penggunan musik dengan manusia dan alam, (4) Penggunan musik dengan nilai - nilai estetika, (4) Penggunaan musik dengan bahasa.

    Untuk menemukan jawaban perihal fungsi musik berikut penulis berpedoman pada pendapat Allan P Merriam yang menyebutkan bahwa terdapat sepuluh fungsi musik dalam ilmu etnomusikologi yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi pengungkapan estetika, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, (8) fungsi pengesahan lembaga sosial, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan, dan (10) fungsi pengintegrasian masyarakat.

    Guna musik yang disajikan oleh grup Padang Pasir Nurul Hasanah, adalah pada acara pernikahan, sunatan, dan hari besar agama Islam lainnya. Fungsi utamanya adalah sebagai sarana dakwah agama Islam, yang juga berfungsi sebagai hiburan, pendidikan, kesinambungan kebudayaan, mentransmisikan makna-makna, dan lain-lainnya.

    Dengan adanya penyajian musik dari Nurul Hasanah mampu menghibur para pengunjung yang berkunjung ke acara-acara tersebut, namun ada sebagian kecil yang kurang merasakan hal itu namun hal itu tidak berpengaruh terhadap musik yang disajikan Nurul Hasanah hingga tetap bertahan sampai sekarang.

    Untuk mengkaji struktur musik Padang Pasir, dalam hal ini penulis menggunakan teori weighted scale yang dikemukakan oleh William P Malm (1977:8) yang digunakan untuk mengkaji aspek musikal yang terdiri dari : (1) tangga nada, (2) nada dasar (pitch centre), (3) wilayah nada (ambitus), (4) jumlah pemakaian nada, (5) interval yang dipakai, (6) pola kadensa, (7) formula nada, (8) kontur (garis melodi).

    Untuk mengkaji struktur lirik, dalam hal ini penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Saussure yang digunakan untuk mengkaji aspek verbal terutama dialog atau teks nyanyian. Teori semiotika digunakan penulis dalam rangka usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri. Pierce juga menginterpertasikan bahasa sebagai system lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representatum, (2) pengamat (interpretan), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan.

    Dalam kaitannya teori semiotik untuk mengkaji teks lagu Padang Pasir, maka penulis mengutip pendapat van Zoest (1996:11). Menurutnya di dalam teks terdpat ikon, apabila adanya persamaan suatu tanda tekstual dengan acuannya. Segalanya memiliki kemungkinan untuk dianggap sebagai suatu tanda. Penyusunan kalimat dalam sajak adalah tanda. Adanya kalimat yang panjang adalah tanda. Banyaknya kata sifat, pergantian vokalisasi dalam sebuah cerita, panjang pendeknya sebuah teks, semua itu bisa dianggap sebagai tanda.

    Dalam rangka kerja teori semiotik peneliti hendaklah menafsir tanda dalam teks. Suatu gejala struktural, baik yang muncul dalam teks pada tingkatan dalam kalimat maupun pada tingkatan teks yang lebih luas, selalu dapat dianggap sebagai tanda.



    1.5 Metode Penelitian

    Metode penelitian adalah cara-cara bekerja untuk dapat memahami objek penelitian dan merupakan bagian yang penting untuk diketahui oleh seorang peneliti. Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini dengan judul skripsi, Analisis Fungsi, Struktur Musik, dan Lirik Lagu-lagu yang Dipertunjukkan oleh Kelompok Musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Binjai, Sumatera Utara; maka di sini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang dideskripsikan berupa tulisan, rekaman secara lisan, gambar, angka, pertunjukan kesenian dan berbagai bentuk data lain yang bersumber dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.



    1.5.1 Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca berbagai buku dan skripsi yang berhubungan dengan tulisan sehingga dapat menambah wawasan peneliti untuk mengembangkan tulisan tersebut. Selain itu penulis juga mengambil sebagian data dari internet yang berhubungan dengan tulisan dengan tujuan untuk membuat tulisan semakin sempurna. salah satu sumber utama yang sangat penting yaitu diperoleh dari hasil observasi terhadap objek yang akan diteliti yaitu melalui wawancara langsung terhadap beberapa informan.



    1.5.2 Tempat Penelitian

    Tempat penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan tulisan ini yaitu di Binjai, tepatnya di grup musik Nurul Hasanah Binjai yang terletak di Asrama 121 Kebun Lada, Binjai. Tempat penelitian ini sekali gus juga sebagai rumah kediaman Ibu Hajjah saidah Lubis bersama dengan keluarganya.



    1.5.3 Pengumpulan Data

    Untuk mendukung data-data yang diperoleh di lapangan, penulis melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian Dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa hal yang begitu sering dilakukan seperti uraian berikut ini.


    1.5.3.1 Observasi

    Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap subjek yang akan diteliti, baik secara langsung maupun tidak langsung yang menggunakan tehnik yang disebut dengan pengamatan atau observasi (Muhammad Ali, 1987:25). Observasi, terlibat dalam pertunjukan, tanpa memposisikan diri sebagai pelaku pertunjukan, sering menyaksikan berlangsungnya pertunjukan dari awal sampai akhir. Hal ini berguna untuk mengenal dengan baik dan lebih jauh lagi jalannya pertunjukan dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Sesuai dengan pendapat diatas, maka pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis, bertujuan agar pengamatan ini menciptakan komunikasi yang baik antara penulis dengan kalangan pemusik atau seniman musik Padang Pasir tersebut, dan juga masyarakat setempat, sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara lebih akurat. Maka dalam hal ini observasi dapat dilakukan dengan cara:



    1. Melakukan observasi langsung ke lokasi latihan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai.

    2. Melakukan observasi langsung ke lokasi pertunjukan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai.

    1.5.3.2 Wawancara

    Menurut Poerwadarminta dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1559) “wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk diminta keterangan atau pendapat mengenai sesuatu hal. Menurut Koentjaraningrat (1991:136) bahwa kegiatan wawancara secara umum terbagi atas tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, tehnik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara. Wawancara terdiri dari dua jenis, wawancara terfokus dan wawancara bebas. Wawancara terfokus dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan tidak membosankan atau membuat kaku suasana antara penulis dan informan. Sedangkan wawancara bebas dilakukan secara tidak terfokus, tetapi mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan. Sesuai dengan teknik wawancara diatas, penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak di antaranya:

    1. Wawancara dengan pemimpin grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai.

    2. Wawancara dengan para pemusik grup musik Nurul Hasanah Binjai.

    3. Wawancara dengan para penyanyi grup musik Nurul Hasanah Binjai.

    4. Wawancara dengan mantan personil grup musik El-Suraya

    5. Wawancara pada masyarakat yang sedang melihat pertunjukan grup musik Nurul Hasanah Binjai.

    Pada saat wawancara penulis tidak melakukan perekaman karena keadaan yang tidak memungkinkan (suara musik yang cukup besar dan kesibukan para informan), namun walaupun demikian peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan setelah melakukan wawancara dengan para informan dan semua data-data tersebut dicatat sewaktu penulis berada di lapangan dan kemudian diolah di kerja laboratorium.



    1.5.3.3Kerja Laboratorium

    Kerja laboratorium disebut juga analisis yang merupakan pengolahan data yang diperoleh dari kerja lapangan, setelah pengolahan data dianalisis kemudian disusun secara sistematis sehingga hasilnya dapat dikembangkan sebagai bahan yang akurat dalam pembahasan masalah yang dihadapi.




    BAB II

    GAMBARAN UMUM PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR

    DI NUSANTARA DAN SUMATERA UTARA
    2.1 Pengertian Musik Padang Pasir

    Musik Padang Pasir adalah salah satu jenis musik Kasidah yang memiliki irama bernuansa islami. Musik Padang Pasir memiliki suara atau irama-irama yang bernuansa islami, dan cenderung ke dakwah baik dalam syair, melodi, dan ritme dan unsur Arab sangat menonjol dalam irama meski ada juga pengaruh lain.7 Musik Padang Pasir merupakan musik yang syair-syairnya dapat membantu manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada pencipta alam dan isinya. Kecenderungan dakwah dalam seni terutama musik, bukan semata-mata propaganda, sebab pengertian dan peranan dakwah dalam Islam sangat luas sekali. Sajak atau syair-syair dalam musik Padang Pasir mengandung unsur agama, sehingga mengajak pendengarnya untuk berbuat kebaikan yang diridhai Allah SWT. Melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir, manusia dapat belajar arti hidup dan kehidupan, sehingga akan membuat manusia lebih tawakal (berserah diri kepada Allah sebagai seorang makhluk).




    2.2 Perkembangan Musik Padang Pasir di Indonesia

    Musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, dan dikembangkan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling memengaruhi di antaranya adalah seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya. Hal ini bermaksud untuk mempersatukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik Padang Pasir. Menjadikan musik Padang Pasir sebagai perbendaharaan seni musik di masyarakat, sehingga musik Padang Pasir lebih menyentuh pada sektor komersial umum. Musik Padang Pasir juga adalah musik yang berkembang secara tradisional, di kalangan suku-suku tertentu. Keberadaan musik Padang Pasir yang digunakan sebagai hiburan, tentunya sudah sangat sering dilakukan dalam sebuah seni pertunjukan. Dalam sebuah pertunjukan seni, musik Padang Pasir sering diaransemen kembali menjadi sebuah musik yang lebih modern dan dalam jumlah pemusik yang diminimaliskan dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.

    Musik Padang Pasir adalah perkembangan seni yang terpengaruh dari dampak modernisasi. Musik yang bernuansa dari Timur Tengah ini memiliki sejarah yang sudah dimulai sejak tahun enam puluhan di Indonesia. Musik Padang Pasir dulu sering disebut musik Gambus, namun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah menjadi musik Padang Pasir8. Oleh karena itu, musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan sekarang ini teknologi telah mengubah warna musik. Berbagai jenis musik telah banyak yang menggunakan alat-alat elektronik yang sesuai dengan apa yang dialami oleh jaman sekarang ini.

    Awalnya musik Padang Pasir ini hanya diminati oleh penduduk Indonesia dari keturunan Arab saja, namun sekarang sudah banyak juga penduduk pribumi yang menyukai lagu-lagu musik Padang Pasir. Musik Padang Pasir diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab yang datang untuk menjual berbagai kebutuhan9. Selain para pedagang ada juga kaum ulama dari Arab yang datang untuk menyebarkan agama islam sekaligus menyebarkan musik-musik yang bernuansa Islami di Indonesia. Musik Padang Pasir telah dikembangkan oleh seorang seniman keturunan Hadramaut (Yaman Selatan) kelahiran Surabaya, yakni Syech bin Abdullah Albar (1908-1947). Namanya melambung bersamaan dengan kemajuan peredaran piringan hitam di Indonesia, dan pada saat yang sama pula stasiun-stasiun penyiaran radio juga sedang gencar dibangun di Indonesia. Sehingga Syech Abdullah Albar memiliki popularitas melebihi dari penyanyi musik Padang Pasir sebelumnya, seperti Umi Kalsoum, Abdul Wahab, dan Farid Alatras.

    Pada tahun 1935, suara Syech Abdullah Albar pertama kali mengudara lewat Studio Nirom yang sekarang telah menjadi RRI Stasiun Surabaya. Lagu-lagu Syech Abdullah Albar sering diputar hampir setiap minggu. Bukan itu saja, piringan hitam rekamannya juga tersebar luas di Malaysia dan Jazirah Arab. Namun seniman berbakat itu wafat di usia muda pada 30 Oktober 1947 di Surabaya. Sepeninggal Syech Abdullah Albar sampai era tahun 1950-an, orkes-orkes musik Padang Pasir makin banyak bermunculan dan terkenal. Setiap malam jumat selalu ada dua grup yang selalu tampil mengisi siaran di RRI Stasiun Surabaya . Dua grup yang selalu tampil adalah Orkes Padang Pasir Al-Wardah pimpinan Muchtar Lutfie dan Orkes Padang Pasir Al-Wathan pimpinan Hasan Alaydrus. Namun pada tahun 1960-an pamor orkes-orkes tersebut menurun akibat Politik Demokrasi Terpimpin yang melarang kesenian di Indonesia bercampur dengan kebudayaan asing.

    Sering kita mendengar bahkan menyanyikan lagu "Perdamaian" yang dipopulerkan group band GIGI, atau lagu Kota Santri yang dilantunkan penyanyi Diva Indonesia, Krisdayanti. Namun, sama sekali tidak disadari, kedua lagu tersebut merupakan lagu-lagu kasidah modern yang sebelumnya telah dipopulerkan oleh group musik Padang Pasir Nasida Ria asal Semarang yang hingga kini masih melegendaris. Grup musik kasidah modern ini berdiri 1975 di Kauman, Semarang, dan hingga kini telah menelurkan 34 album berbahasa Indonesia dan dua album berbahasa Arab. Album perdana, Alabaladil Makabul, diproduksi 1978 di bawah PT Ira Puspita Record yang dipasarkan di dalam dan luar negeri. Grup musik Nasida Ria telah mampu menembus hiruk pikuk berbagai aliran musik, dengan sentuhan dan kreasi yang mengkombinasikan irama Padang Pasir ini menjadi disukai masyarakat.

    Nasida Ria berawal dari grup rebana yang berkat inovasi dan kreasi Mudrikah Zain. Grup ini memiliki genre tersendiri, dengan ciri khasnya berupa artis dan musisi pendukung yang terdiri dari wanita berjilbab. Nasida Ria tercatat telah menyambangi beribu tempat untuk mengisi acara, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan sejumlah lagunya yang sudah tidak asing di telinga penggemar seperti Shalawat Badar, Kaya Miskin Bahagia, Damailah Palestina, Magadir, dan Nabi Muhammad Insan Pilihan. Kiprah perjalanan Nasida Ria antara lain, mengisi paket Acara Hari Raya Idhul Fitri di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta setiap tahun, Tour Show Silaturrahmi Djarum 76 di 16 Kota Jateng 2001-2004. Selain itu, grup musik ini juga pernah tampil dalam Islamic Art and Cultural Perfomance di Batam Kepulauan Riau [2004] dan Isra' Mi'raj di Tanjung Pinang [2006], serta berbagai tempat di pelosok tanah air. Baik undangan hajatan maupun acara resmi berbagai lembaga.

    Sementara di luar negeri, Nasida Ria juga pernah tampil memenuhi undangan Kerajaan Malaysia pada peringatan 1 Muharam 1988, Berlin Maret 1994, undangan Haus de Kulturen derWelt (Lembaga Kebudayaan Jerman) dalam paket Die Garten des Islam (Pameran Kesenian Islam Dunia). Di Jerman Juli 1996, grup ini tampil dalam festival Heimatklange ‘96 Sinbad Travels di delapan kota seperti Berlin, Reclinghousen dan Dusseldof, atas undangan Cultural Departement of The Senat of Berlin and Tempodrom, SFB, ORB, European Forum of Worldwide Music Festival. Atas kiprah dan pretasi yang telah diperoleh, Nasida Ria banyak mendapat penghargaan, seperti Pengemban Budaya Islam dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pusat Jakarta (1989), Penghargaan Seni dari PWI Jateng (1992) dan Anugrah Keteladanan dari PRPP Jateng (2004).


    2.3 Perkembangan Musik Padang Pasir di Sumatera Utara

    Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia kemudian tumbuh di Sumatra Utara sekitar tahun 1960-an. Tokoh-tokoh seperti Hasyim P.E., H. Adam Sakimaman, H. Azra'i Abdurrauf dan H. A. Rifai Abdja Manaf adalah tokoh yang dikenang sebagai penggerak orkes berirama Padang Pasir di Sumatera Utara. H. Azra'i sekarang lebih dikenal sebagai guru para qari dan qariah yang mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran Nasional, selain pernah dikenal sebagai ahli kasidah di Sumatera Utara namanya juga terdengar sampai ke Malaysia. Ketika masih bekerja di Nirom sejak tahun 1938, H. Rifai sudah memulai karirnya sebagai pencipta lagu bernafas Islami. Lagu karya anggota DPRD Kotamadya Medan dari Golkar ini yang sangat populer sampai sekarang adalah lagu Panggilan Jihad yang meneriakkan seruan "Allahu Akbar". Sehingga lagu ini dinilai oleh Menteri Kemajuan Tanah, Galian dan Tugas-tugas Malaysia, Datuk Ashry bin Haji Muda, sebagai lagu yang membangkitkan semangat dan kepahlawanan bagi perjuangan umat Islam.

    Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara terutama di Kota Medan, sudah semakin banyak grup yang memperlihatkan kuantitasnya. Selain bertujuan untuk dakwah, masing-masing grup berlomba menyempurnakan jumlah pemain dan peralatan. Kuantitas ini mulai diperlihatkan sejak munculnya El-Kawakib yaitu sebuah lembaga gabungan orkes-orkes Padang Pasir yang ada di Medan yang terdiri dari berbagai nama. Tetapi apabila mereka dibutuhkan, mereka harus bersedia bermain di bawah sebuah nama grup di luar nama grup mereka sendiri. Sebagai pelopornya waktu itu adalah H. Rivai, Prof. H. Ahmad Baqi, dan Muhaddis Nasution. El-Kawakib didirikan sejak tahun 1968. Tetapi entah apa sebabnya, aktivitas dan perkembangan orkes gabungan ini sekarang tidak lagi berkembang. Aktivitasnya sudah tak terdengar lagi, sehingga orang mengira mereka sudah pasif. Padahal cita-cita El-Kawakib sejak mulai didirikan, yaitu agar para pemain mendalami musik modern dan klasik yang tidak saja berbau Arab. El-Kawakib diharapkan nantinya bisa menjadi sebuah orkes simphoni10. Tetapi cita-cita itu ternyata kandas.

    Menurut Djohan A. Nasution, Kepala Kabin Kesenian Perwakilan Departemen P dan K Sumatera Utara, Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara yang terdaftar di arsipnya sampai sekarang 28 buah. Namun demikian yang dihitung aktif secara menyolok, terutama di TVRI (Televisi Republik Indonesia) Studio Medan atau di RRI (Radio Republik Indonesia) Medan, masih bisa dihitung dengan jari11. Perkembangan zaman menimbulkan perubahan seperti pada berbagai jenis-jenis grup musik yang hampir sama dengan Orkes Padang Pasir yaitu seperti grup musik Nasyid dan Sholawat Badar. Seni musik dengan aliran kasidah atau dikenal juga dengan Irama Padang Pasir sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Arab dan India. Group Qasidah ini menghimpun diri dalam sebuah wadah atau kelompok orkes musik yakni Orkes Padang Pasir El-Suraya dari Kota Medan (1977-1990).

    Orkes Padang Pasir El-Suraya adalah kelompok seni musik yang dibuat oleh seniman kota Medan sebagai wujud kreativitas. El-Suraya adalah suatu grup musik yang menyajikan musik Padang Pasir dan digarap kembali menjadi lebih modern. Terbentuknya Orkes Padang Pasir El-Suraya dilatarbelakangi adanya keinginan dari Prof. H. Ahmad Baqi untuk membentuk sebuah grup musik Padang Pasir.

    Prof. H. Ahmad Baqi adalah anak bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan H. Abdul Majid dan Hajjah Halimah. Beliau Lahir di Kampung Baru, Medan, 17 Juni 1921. Prof. H. Ahmad Baqi terlahir dari latar belakang keluarga yang bukan seniman. Ayah dari Prof. H. Ahmad Baqi berlatar belakang seorang guru mengaji yang sangat terpandang dan disegani didaerah mereka menetap dan karena didikan ayah beliau. Prof. H. Ahmad Baqi ditempah untuk menjadi seorang ulama. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1941 perang Asia Timur Raya, Prof. H. Ahmad Baqi memutuskan keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar di Mesir. Namun, Tuhan punya rencana lain bagi Prof. H. Ahmad Baqi, karena gagal melanjutkan cita-citanya, tidak menghambat beliau untuk maju terus mengasah ilmu dengan membantu sang ayah mengajar mengaji. Prof. H. Ahmad Baqi cukup cerdas untuk mengetahui segala tingkat bacaan di Al-Qur’an, seperti tajwid, hawa, dan lain sebagainya. Hingga pada suatu hari beliau belajar menggesek biola secara autodidak, tanpa di dampingi oleh seorang guru musik, Prof. H. Ahmad Baqi hanya berpedoman kepada hawa Al-Qur’an seperti: rast, soba, sikkah, hijaz, bayati, huzam dan lain sebagainya yang dijadikan sarana bagi Prof. H. Ahmad Baqi untuk mengasah ilmu dan sekaligus menjadi guru biola yang sangat berharga untuk beliau pelajari.

    Ayah Prof. H. Ahmad Baqi yang keras dan fanatik tidak mengizinkan putranya untuk mempelajari musik. Karena ayah Prof. H. Ahmad Baqi menganggap musik adalah hal yang tabu dan diharamkan. Hingga suatu ketika Prof. H. Ahmad Baqi sedang mengasah ilmu biolanya, tanpa disadari sang ayah datang kemudian biola Prof. H. Ahmad Baqi yang paling berharga itu dipatahkan oleh sang ayah. Prof. H. Ahmad Baqi berprinsip, dan tidak mau menentang pendapat sang ayah, beliau hanya berpedoman kepada fatwa yang dikutip dari Buya Hamka: “Bahwa umat Islam di Indonesia berkesenian itu halal, selama karya seni itu mengandung moral dan tidak mendatangkan kerusakan.”

    Pada tahun 1947, Prof. H. Ahmad Baqi melamar di Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dikelola oleh orang Belanda. Disela waktu luang sebagai seorang karyawan, Prof. H. Ahmad Baqi pun tetap mengasah kecermatannya dalam menggesek biola, hingga akhirnya beliau bertemu dengan Wahab, seorang guru musik hasil didikkan orang Belanda. Hasilnya sempurnalah ilmu beliau dengan berguru pada lelaki yang lebih muda dari usianya dalam mempelajari not balok dan partiturnya. Dengan beberapa syair yang ditulis dan ia simpan, Prof. H. Ahmad Baqi mencoba menyempurnakan syair-syairnya kedalam sebuah lagu dan partitur not balok. Kesempurnaan itu terlahir dengan menciptakan lagu Teluk Berombak yang menjadi karya ciptanya yang pertama yang ia ciptakan di tanah kelahirannya Kampung Baru, Medan pada tgl 16 april 1952.

    Prof. H. Ahmad Baqi menikah dengan seorang wanita yang berasal dari daerah Tapanuli bernama Dewiana Siregar. Putri dari Bapak H. Mustakim Siregar dengan Hajjah Zakiah Lubis. Dari hasil pernikahannya Prof. H. Ahmad Baqi dikaruniai 8 orang anak, yang terdiri 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.

    El-Suraya terbentuk pada tahun 1964 karena hasrat Prof. H. Ahmad Baqi, berkeinginan untuk memiliki sebuah wadah dimana beliau mampu memotori murid didikannya yang beranggotakan 25 orang. Salah seorang murid wanita beliau kini telah berhasil ia tempah selama beberapa tahun. Namun sangat disayangkan, khusus untuk penyanyi pertama yang ia bina ini tidak ada bukti keterlibatan dalam rekaman kaset atau piringan hitam. Pada tanggal 23 Februari sampai 30 Maret 1965, adalah tahun pertama grup El-Suraya mengisi acara di Hotel Panghegar, Bandung, Jawa Barat pada acara Konferensi Asia-Afrika. Perjalanan perdana yang memakan waktu 1 bulan 7 hari ini menjadi suatu momen yang berkesan untuk Prof. H. Ahmad Baqi masa itu.

    Pada tahun 1967, kedatangan Atikah Rahman, Asmidar Darwis, Rukiah Zein, dan Mohammad Taher menjadi semangat untuk Prof. H. Ahmad Baqi dalam kepemimpinannya sebagai seorang leader untuk membina murid-muridnya. Pada tahun 1952 hingga 1965, Prof. H. Ahmad Baqi telah menciptakan 40 buah lagu dan instrumental. Judul-judul Instrumental tersebut diantaranya adalah El Ghuyyum, Balladi, Kecewa, Zikrayat, Fuadi, El Hamamah, dan Syauqi. Judul-judul lagu yang beliau ciptakan pada masa itu adalah Pengembara, Nelayan Derita, Pemuda Islam, Bunda, Ummi-Ummi, Pusara Kasih Al’Ayyam, Dunia Bitigri, dan lain sebagainya.
    Bergemanya suara Atikah Rahman menyanyikan Pusara Kasih, Asmidar Darwis menyanyikan Pemuda Islam, dan Mohammad Taher menyanyikan Nelayan, menjadikan perjalanan El-Suraya semakin terkenal dalam mengisi berbagai kegiatan hiburan masyarakat, acara pernikahan, syukuran dan acara hari besar Islam di Kota Medan.

    Kejeniusan Prof. H. Ahmad Baqi dalam menciptakan lagu semakin tidak terbendung. Sekembalinya dalam perjalanan beliau ke daerah Tanah Karo, Tiga Binanga, tepatnya tahun 1967 beliau menciptakan lagu-lagu berjudul Beduk dan Azan, Subhanallah, Cita-Cita, Kemarau, Pilihan Terakhir, Doa dan Air mata, Sadarlah, Madah Terakhir, dan banyak lagi. Pada tanggal 18 juli 1968, Prof. H. Ahmad Baqi menciptakan lagu berjudul Selimut Putih.

    Lagu yang menggunakan hawa rast dalam Al-Qur’an menambah indah lagu tersebut dan menjadikan lagu ini sebagai The Symbol of El-Suraya. Instrumental musik Pantai Kenangan, Mandili, dan Khal El Habib, meramaikan karya cipta beliau hingga tahun 1970.

    Pada tanggal 30 April sampai 1 juni 1970, Prof. H. Ahmad Baqi memboyong anggotanya yang berjumlahkan 25 orang untuk menghadiri undangan perdana El-Suraya ke Kota Baru, Kelantan, yang diundang oleh Dato’ H. Mohammad Asri Bin H. Muda. Pada tahun inilah penganugerahan gelar honoris causa diberikan oleh Perdana Menteri Besar Kelantan kepada Prof. H. Ahmad Baqi. Gelar profesor pun ia sandang di depan nama beliau.

    Penghargaan yang sama juga diberikan oleh H. Bahrum Jamil (pendiri Universitas Islam Sumatera Utara) kepada Prof. H. Ahmad Baqi , diberikan beberapa saat kepulangan beliau dari perjalanan Kota Baru Kelantan sebagai komponis lagu-lagu nasyid pada masa itu. Ketika usianya menginjak 75 tahun, pada 1997, pendiri El-Suraya itu juga mendapat gelar Ahli Setia Darjah Kota Kinabalu dari Kerajaan Sabah, Malaysia. Sedangkan dari Pemerintah Indonesia, Prof. H. Ahmad Baqi menerima anugerah sebagai Pembina Seni dan Budaya Sumatera Utara dari Gubernur Sumatera Utara, Raja Inal Siregar.

    Meskipun karya seni musik aliran irama Padang Pasir ini awalnya tidak diperhitungkan sebagai kreativitas yang bisa menghasilkan keuntungan banyak, tetapi akhirnya Orkes Padang Pasir El-Suraya menjadi salah satu orkes yang cukup populer di kota Medan bahkan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan lain-lain. Situasi perkembangan musik pada saat itu sedang hangat-hangatnya melawan pengaruh dari budaya Barat. Hal ini menunjukkan bahwa Orkes Musik El-Suraya tidak begitu mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mempelajarinya.

    Pada tahun 1977, prestasi yang membanggakan bagi kota Medan, bahwa Kota Medan memiliki sebuah Orkes Padang Pasir yang diakui kemahirannya dalam segi aransement, syair, dan lagu-lagunya di industri musik Malaysia, dan Brunei Darussalam. Peran serta para seniman berbakat sangat berpengaruh pada perkembangan Orkes Padang Pasir yang ada di kota Medan pada zamannya. Tanpa penanganan kreatif dari seniman itu sendiri, Orkes Padang Pasir di kota Medan tidak akan mampu bersaing dengan Orkes-Orkes lain yang berada diluar kota Medan ataupun di luar Indonesia. Penyajian lagu yang sederhana dan lirik-lirik lagu yang baik membuat Orkes Padang Pasir El-Suraya memiliki nilai plus dibanding Orkes-orkes Padang Pasir diluar kota Medan dan di luar Indonesia.

    Pada tahun 1984, seorang ajudan wakil presiden merekrut Prof. H. Ahmad Baqi dan sebagian anggotanya untuk hijrah ke Jakarta. Beliau meminta Prof. H. Ahmad Baqi mengganti nama El-Surayya menjadi Azzizan. Namun grup Azzizan ini hanya bertahan sampai 4 tahun saja. Selama ada di Jakarta, lagu Cintaku dan Sebuah Nama adalah 2 buah karya cipta beliau yang sangat populer.

    Dua tahun kepulangan dari Jakarta, membawa perubahan yang sangat melesukan di dalam El-Surayya, tepatnya pada tahun 1990. Orkes Padang Pasir El-Suraya mengalami kemunduran karena kemunculan alat musik keyboard yang serba praktis, murah ,dan serba bisa untuk menghibur suatu acara. Hingga perlahan, Orkes Padang Pasir El-Suraya semakin pudar di pasaran dan akhirnya Kota Medan harus merelakan orkes-orkes musik pusat (Jakarta) bangkit dan meraih kembali pasar musik mereka dari dunia industri musik Indonesia.

    Orkes Padang Pasir di Medan jelas banyak bedanya dengan Orkes Padang Pasir yang ada di Jawa, hal ini dapat dilihat bahwa gaya permainan musik mereka selalu diiringi dengan full band, seperti grup Bintang-Bintang Illahi pimpinan Agus Sunaryo atau Zamain Bersaudara. Sedangkan grup-grup di Medan, begitu jelas warna musiknya yang ingin menjadi duplikat irama musik khas Arab.

    Pada tahun 1990, musik instan merajalela bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan. Berbagai kritik dan saran pernah diajukan oleh seorang putra beliau. Namun sedikitpun Prof. H. Ahmad Baqi tidak tergiur untuk mengikuti perubahan yang dianggapnya merusak. Pada tahun 1994 dalam acara temu ramah oleh pejabat tinggi Kota Kinabalu, sebuah penghargaan tertinggi ASDK dinobatkan kepada Profesor. H. Ahmad Baqi, sebagai seniman dan sastrawan terbaik antar bangsa. Kemudian menyusul pula Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar memberikan penghargaan sebagai seniman dan komponis Islam terbaik Sumatera Utara.

    Pada tahun 1988, perjalanan musik Prof. H. Ahmad Baqi yang terakhir yaitu ke Tapanuli Tengah Sibolga. Sepulang dari perjalanan ini suara Prof. H. Ahmad Baqi mulai sakit-sakitan, suaranya serak dan perlahan menghilang. Inna Lillahi Wa inna illahi Rojiun,12 tepatnya dua hari dibulan Syawal 1421 H. (22 Januari 1999). Di keheningan subuh, Ahmad Baqi mengakhiri sujud terakhirnya diatas sajadah pada pukul 2:30 wib dini hari di usia 78 tahun. Berita duka pun bertambah, ketika anak tertua Prof. H. Ahmad Baqi meninggal dunia sepulang dari pemakaman ayahnya. Kepergian beliau sangat mengejutkan kota Medan. Beberapa hari kepergian Prof. H. Ahmad Baqi, Pimpinan Orkes dihibahkan kepada seorang Putra Prof. H. Ahmad Baqi yaitu Ahmad Syauqi. Sebulan kepergian Prof. H. Ahmad Baqi, Departemen Agama Sumatera Utara mengadakan acara Malam Kenangan Ahmad Baqi di Hotel Garuda Plaza, Medan. Yang dihadiri tamu dari Negara jiran, Bapak Hanan Bin Awang dari Kota Kinabalu, serta Wakil Gubernur Sumatera Utara.


    Rekaman piringan hitam (dalamn pergelaran musik) yang dihasilkan oleh H. Ahmad Baqi semasa hidupnya adalah sebagai berikut:
    1. JB Interprise Jakarta 19 September 1968,
    2. KMI Kuala Lumpur / Life 12 Januari 1971,
    3. MMI Malaysia 4 Juni 1971,
    4. MMI Malaysia 7 Juni 1972,
    5. RTM Kota Kinabalu 12 Juni 1972,
    6. RTM / Life 12 Juni 1974,
    7. RTM Malaysia 26 Februari 1976,
    8. King Musical Industri, Malaysia 2 Maret 1976,
    9. RTM Malaysia 20 April 1976, dan
    10. RTM Kuala Lumpur & MMI 26 November 1982.
    Rekaman yang dihasilkan dalam bentuk kaset Ahmad Baqi di Medan dan Jakarta semasa hidupnya adalah sebagai berikut.
    1. Doa dan Airmata (Vol 1) 14 Oktober 1974,
    2. Hawa dan Nafsu (Vol 2) 27 Maret 1975,
    3. Bisikan Dunia (Vol 3) 28 Maret 1975,
    4. Tak Mungkin Kembali (Vol 4) 3 Februari 1976,
    5. Madah Pusaka (Vol 5) 23 Februari 1976,
    6. Pantai Suratan (Vol 6) 21 September 1976,
    7. Hidup yang Kekal (Vol 7) 6 Oktober 1976,
    8. Harga Diri (Vol 8) 26 Mei 1977,
    9. Letak Bahagia (Vol 9) 28 Mei 1977,
    10. Usia dan Cita -cita (Vol 10) 1 Agustus 1978,
    11. Jangan Harapkan (Vol 11) 24 Agustus 1978,
    12. Tangkal Melangkah (Vol 12) 28 Agustus 1978,
    13. Nelayan (Vol 13) 1 September 1978,
    14. Walau Dimana (Vol 14) 22 Maret 1979,
    15. Seribu Kenangan (Vol 15) 23 April 1979,
    16. Jadda (Vol 16) 20 Agustus 1979,
    17. Pantai Narathiwat (Vol 17) 21 Agustus 1979,
    18. Meniti Batang (Vol 18) 23 Agustus 1979, dan
    19. Petuah Guru September 1991.

    karya-karya Ahmad baqi tersebut terkodifikasi di dalam album-album yang dihasilkannya, yang sebahagian besar adalah dijual dalam bentuk kaset atau piringan hitam yang komersial. Beberapa album di antaranya bahkan dicetak di Malaysia baik secara legal mauupun ilegal. Kemudian keberadaan lagu-lagu dan orekesnya ini diteruskan oleh nanandanya yaitu haji Ahmad Sauqi dan juga beberapa murid haji Ahmad Baqi seperti Zulfan Effendi Lubis. Di antara mereka juga adalah Hajjah Saidah Lubis, yang menjadi pimpinan kelompok Orkes Padang Pasir Nur Hasanah, yang menjadi objek penelitian ini.

    Latar belakang pertumbuhan dan perkembangan orkes-orkes Padang pasir seperti terurai di atas menjadi landasan budaya, bagi Orkes Padang Pasir Nur Hasanah untuk terus mempertahankan genre seni ini. Demikian menurut penjelasan pemimpin kelompok musik ini yaitu Ibu Hajjah Saidah Lubis. Beliau terinspirasi dengan keberadaan Orkes padang pasir El-Suraya, terutama ikon dan kepemimpinan Prof. H. Ahmad Baqi, yang begitu tulus mencipta musik-musik Islam.


    BAB III

    KELOMPOK MUSIK PADANG PASIR

    NURUL HASANAH DI BINJAI
    3.1 Kelompok Musik Padang Pasir Di Binjai

    Mayoritas penduduk kota Binjai adalah penduduk yang beragama Islam, dan selalu mengadakan berbagai kegiatan baik dalam kegiatan adat maupun kegiatan-kegiatan keagamaan. Hal ini sesuai dengan suku yang mendiami kota Binjai yaitu suku Melayu, Jawa, dan Batak di mana masyarakatnya selalu mengadakan berbagai kegiatan adat dan keagamaan dengan menyertakan kesenian dalam acara tersebut. Kesenian yang disertakan beragam bentuk dan jenis, sepaerti seni tari, seni rupa, dan seni musik. Bentuk-bentuk kesenian ini disertakan dalam kegiatan utama maupun hanya sebagai hiburan, sesuai dengan keperluan dari pelaksanaan acara.

    Musik sebagai salah satu dari cabang kesenian yang menjadi sajian pada acara yang dilakukan oleh masyarakat, disesuaikan pula dengan pelaksanaan acara, dalam hal ini adalah musik-musik yang bernuansa Islami. Musik-musik yang dapat dikatakan musik Islami dan banyak disertakan dalam acara-acara antara lain, nasyid, Padang Pasir, dan lain sebagainya.

    Nasyid merupakan senandung yang biasanya bercorak Islam dan mengandungi kata-kata nasihat, kisah para Nabi, memuji Allah, dan yang berkaitan dengan Islam lainnya. Nasyid biasanna dinyanyikan secara acappela (suara instrumen musik yang dihasilkan oleh mulut manusia) atau dengan  diiringi gendang. Pada awalnya, nasyid selalu menyanyikan syair-syair asli berbahasa Arab. Namun akhirnya berkembang dengan adanya nasyid berbahasa Indonesia dan dengan tema yang semakin luas (tidak hanya tema syahid dan jihad), dan dipengaruhi oleh situasi kondisi masyarakat Indonesia13. Kesemua jenis musik ini cukup diminati masyarakat Binjai khususnya yang beragama Islam untuk mengisi acara-acara yang mereka lakukan, salah satunya adalah musik Padang Pasir. Keberadaan musik Padang Pasir tidak hanya dikarenakan kebutuhan rohani saja, namun banyak juga masyarakat yang menyukai musik ini dikarenakan irama-irama dan syair-syair dari musik itu sendiri yang juga bukan hanya ditujukan untuk kebutuhan religi, tetapi sekaligus untuk hiburan, khususnya untuk masyarakat Muslim di kota Binjai. Kota Binjai adalah salah satu kota di Sumatera Utara yang menjadi tempat berkembangnya musik Padang Pasir. Dari perkembangan musik Padang Pasir ini munculah beberapa grup-grup di kota Binjai, salah satunya yaitu Grup irama Padang Pasir yang bernama Nurul Hasanah. Nurul Hasanah adalah salah satu grup musik Padang Pasir di Kota Binjai yang menggarap musik Padang Pasir menjadi musik modern dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.
    3.2 Kelompok Musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Binjai

    Semenjak Prof. H. Ahmad Baqi wafat, Grup El-Suraya pun juga menjadi fakum dan tidak berkegiatan lagi untuk sementara waktu. Akhirnya para personil El-Surayya pun keluar dari grup dan kemudian mereka membentuk grup Marhaban di Kota Binjai. Grup Marhaban ini terdiri dari kumpulan ibu-ibu yang membacakan doa dengan cara dinyanyikan (barzanji) dan ini dilaksanakan pada upacara pernikahan dan khitanan. Grup Marhaban ini membawakan lagu Islami dengan mempergunakan alat-alat musik pukul seperti tambourin, gendang besar, dan gendang kecil. Grup Marhaban yang hanya mengandalkan suara vokal dan alat-alat musik yang tidak bernada ini akhirnya mempunyai semangat dan ide kreatif untuk membentuk grup musik Padang Pasir, dikarenakan ada beberapa anggota grup Marhaban tersebut yang menguasai alat musik seperti biola dan gendang, dan hanya penambahan alat musik akordion dan keyboard membuat grup musik ini menjadi lengkap sehingga berubah menjadi grup musik Padang Pasir.

    Grup musik Padang Pasir ini dipimpin oleh Ibunda Hajjah Saidah Lubis dan dinamakan Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang artinya adalah Cahaya Kebaikan. Nurul Hasanah merupakan grup musik Padang Pasir di kota Binjai yang merupakan grup musik yang berdiri sejak tahun 1990. Nurul Hasanah beralamat di komplek Asrama 121 Kebun Lada, Binjai, dimana tempat tinggal Ibunda Hajjah Saidah Lubis ini sekaligus menjadi tempat dimana para personil-personil musik Nurul Hasanah Binjai latihan.

    Nurul Hasanah ini tumbuh karena para musisi yang ingin mengembangkan musik yang bernuansa Islami ini agar tidak punah dan berkembang pesat dari zaman ke zaman, karena musik Padang Pasir di Binjai cukup diminati sebagai wadah hiburan khususnya oleh masyarakat Muslim di Kota Binjai. Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik yang selalu menyajikan suatu struktur musik dengan tujuan untuk di pertontonkan. Grup musik ini menggarap musik-musik irama Padang Pasir menjadi lebih modern dengan menggunakan alat musik Barat dan digarap sebaik mungkin. Sehingga dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, penonton dapat menikmati musik yang mereka sajikan dan mengambil pesan yang disampaikan.

    Keberadaan musik Padang Pasir di Sumatera Utara khususnya di Binjai, biasanya tidak terlepas dari fungsi musik tersebut yang hanya digunakan sebagai hiburan pada suatu acara. Musik Padang Pasir juga adalah sebuah komposisi musik yang diaransemen oleh para musisi, dan biasanya musik Padang Pasir ini digarap dengan tujuan untuk dipertunjukkan dan saat ini banyak dijumpai musik Padang Pasir yang dijual di pasar dengan menggunakan rekaman audio maupun video.

    Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik Padang Pasir yang musiknya sering digunakan sebagai musik pengiring suatu acara baik itu secara live maupun melalui suatu rekaman audio. Cukup banyak dijumpai keterlibatan dan pengaruh Nurul Hasanah terhadap grup-grup musik Padang Pasir di Kota Binjai. Banyaknya grup-grup musik Padang Pasir yang mencontoh musik grup Nurul Hasanah, itu disebabkan latar belakang dari musik Padang Pasir yang dimiliki oleh Nurul Hasanah masih ada hubungannya dengan musik dan lagu yang diciptakan oleh Prof. H. Ahmad Baqi. Hal itu merupakan salah satu kelebihan dari Nurul Hasanah dibandingkan dengan grup musik Padang Pasir yang lain.


    3.2.1 Struktur Organisasi dan Keanggotaan Grup Padang Pasir Nurul Hasanah

    Struktur organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam organisasi sangat didukung managemen yang baik pula. Hal ini juga terjadi pada grup musik Nurul Hasanah yang mempunyai sistem keorganisasian.

    Di dalam perekrutan anggota Nurul Hasanah tidak ada suatu aturan khusus untuk merekrut anggota atau pun melakukan sebuah audisi untuk menjadi anggota Nurul Hasanah, tetapi dalam merekrut anggota, Nurul Hasanah terlebih dahulu berdiskusi sesama anggota kira-kira bagian apa yang atau posisi apa yang kira-kira masih dibutuhkan. Dengan melakukan diskusi sehingga para anggota dapat mengambil sebuah keputusan untuk merekrut atau pun tidak merekrut anggota. Apabila hasil dari diskusi harus merekrut anggota, maka kriteria yang paling utama yang dilihat dalam merekrut anggota adalah memiliki latar belakang musik dan yang paling utama bisa diajak kerjasama secara baik. Sistem dalam perekrutan keanggotaan dari group ini didapat dari musisi yang datang sendiri ke Nurul Hasanah karena rasa sukanya terhadap musik Padang Pasir, memiliki kelebihan dan hobi guna untuk membuat musik Padang Pasir semakin berkembang dan tidak punah ditelan zaman.

    Biasanya anggota yang direkrut langsung dipanggil oleh Ibu Hajjah Saidah Lubis maupun anggota yang lain untuk menjadi anggota Nurul Hasanah, dan apabila orang yang dipanggil menyetujui untuk melakukan kerjasama dengan Nurul Hasanah maka orang tersebut akan melakukan apa yang dilakukan anggota Nurul Hasanah baik itu di dalam latihan maupun di dalam melakukan sebuah pertunjukan. Anggota baru yang dipanggil untuk menjadi anggota tetap Nurul Hasanah, pada umumnya akan mempelajari juga teknik permainan alat musik yang lain yang dimiliki Nurul Hasanah, sehingga nantinya setelah masuk menjadi anggota akan bertambah alat yang bisa dimainkannya selain alat musik yang bisa dimainkannya sebelum masuk menjadi anggota Nurul Hasanah.

    Awalnya grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 orang pemain keyboard, 4 orang pemain biola, 1 orang pemain conga, 1 orang pemain tamborin dan 3 orang penyanyi. Keanggotaan ini berkurang menjadi 7 orang, disebabkan karena ada anggota yang sudah berkeluarga dan bekerja diluar kota. Dari 7 orang anggota ini terdiri dari 1 orang pemain keyboard, 2 orang pemain biola, 1 orang pemain conga, 1 orang pemain tamborin, dan 3 orang penyayi. Namun demikian kadang-kadang Nurul Hasanah juga kerap memanggil pemain musik dari grup musik lain atau pun seorang pemain musik bukan dari sebuah grup musik atau bisa dibilang seorang pemain musik solo untuk tampil disebuah pertunjukan yang dilakukan oleh Nurul Hasanah dan pemain musik tersebut dipanggil bukan untuk menjadi anggota tetap Nurul Hasanah, tetapi pemain musik tersebut hanyalah pemain musik yang disebut sebagai pemain “cabutan.” Berikut ini adalah table data anggota (seniman) kelompok Orkes Padang Pasir Nur hasanah Binjai pipmpinan Hajjah Saidah Lubis.

    Tabel 3.1:

    Daftar Nama Anggota Grup Musik Padang Pasir Nurul Hasanah


    NO

    NAMA

    ALAMAT

    KETERANGAN

    1

    Hajjah Saidah Lubis

    Asrama121 Kebun Lada Binjai

    Pimpinan


    2

    Herdi Sinaga

    Asrama121 Kebun Lada Binjai

    Pemain Keyboard

    3

    Nurhayati

    Jl. Pimpong Kel.

    Kancil Mas Binjai



    Vokal


    4

    Iyen Hasibuan

    Jl.Nuri

    Kel.Mencirim Binjai



    Pemain Conga


    5

    Sopiana

    Jl. Tuanku Imam Bonjol Binjai

    Vokal

    6

    Melpa

    Jl. Satria Tanah Merah Binjai

    Vokal

    7

    Ririn Asridah

    T. Amaludin Kel. LimauSundai Binjai

    Pemain Biola

    8

    Harini Yati P.

    Jl. Binjai Km 13,5 P. Kecil Sunggal


    Pemain Biola

    (Hasil wawancara dan pengamatan pada tanggal 10 Januari 2012 dengan pemimpin Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah)



    3.3 Sarana dan Prasarana Nurul Hasanah

    Keadaan sarana dan prasarana dalam sebuah organisasi seperti grup musik sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena berjalannya sebuah organisasi tersebut tidak akan pernah lepas dari keadaan sarana dan prasarana dalam organisasi tersebut. Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik yang juga membutuhkan sarana dan prasarana dalam grup musik tersebut, baik itu tempat latihan, secretariat, maupun alat musik yang digunakan saat latihan dan saat pertunjukan.



    3.3.1 Prasarana Tempat Sekretariat dan Tempat Latihan

    Dalam sebuah grup musik sangat diperlukan sebuah gedung untuk digunakan sebagai tempat latihan dan sekretariat. Dengan memiliki sekretariat tentunya akan mempermudah grup tersebut dalam menjalankan roda organisasi ataupun pengelolaan grup musik tersebut. Di dalam sekretariat semua struktur organisasi disusun sebaik mungkin, baik itu jadwal latihan, jadwal pertunjukan, data-data inventaris, dan lain-lain. Untuk itu dalam sebuah organisasi musik sangatlah diperlukan sebuah sekretariat untuk keberlangsungan organisasi tersebut.


    3.3.2 Alat Musik

    Alat musik merupakan suatu instrumen yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan musik. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh musisi, dapat disebut sebagai alat musik. Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus ditujukan untuk musik. Bidang ilmu yang mempelajari alat musik disebut organologi.



    Berikut ini merupakan klasifikasi alat musik berdasarkan sumber bunyinya14:

    • Idiofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan dasarnya atau dari badan alat musik itu sendiri. Contoh: kolintang, simbal drum, angklung.

    • Aerofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari hembusan udara pada rongga. Contoh: suling, trompet, harmonika, trombone.

    • Kordofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai yang digetarkan. Contoh: gitar, biola, gitar, sitar, piano, kecapi.

    • Membranofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dari selaput atau membran. contoh: tifa, drum, kendang, tam-tam, rebana.

    • Elektrofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dibangkitkan oleh tenaga listrik (elektronik). Contoh: keyboard, gitar listrik, bass listrik.

    Download 406 Kb.
    1   2   3   4




    Download 406 Kb.

    Bosh sahifa
    Aloqalar

        Bosh sahifa



    Bab I pendahuluan 1 Latar Belakang Masalah

    Download 406 Kb.