• Artikel terkait
  • Humas3pada 26 Mei 2015




    Download 0,77 Mb.
    Sana04.04.2017
    Hajmi0,77 Mb.
    #2958

    Kompas Saba Kampus: "Dari Celoteh Menjadi Bermakna"
    Dikirim oleh humas3pada 26 Mei 2015| Komentar : 0| Dilihat : 2659


    Mahasiswa UB antusias ikuti seminar yang diselenggarakan Media Kompas

    Surat kabar (Koran) merupakan salah satu media informasi yang masih banyak ditemui di kalangan masyarakat. Koran menjadi media yang sangat popular dengan perjalanan pasang surutnya mulai masa lalu hingga era serba teknologi seperti sekarang. Bukan berarti koran tidak lagi diminati oleh pembacanya, akan tetapi penekanannya lebih pada fungsi media tersebut. Bagaimana mewujudkan peran media surat kabar menjadi sebuah literasi yang dapat mendidik dan mengedukasi masyarakat khususnya kalangan anak muda, pelajar dan mahasiswa? Hal inilah yang menjadi wacana utama ketika Media Kompas datang berkunjung ke kampus-kampus ternama, salah satunya Universitas Brawijaya (UB pada Sabtu (23/5/2015) di Gedung Widyaloka.

    Dengan mengusung kegiatan Kompas Saba Kampus "Media Literasi: Dari Celoteh Menjadi Bermakna", Mahasiswa UB diajak ikut sadar dan concern terhadap media cetak. Tidak hanya sekedar membaca dan membicarakan isi berita yang dimuat, namun mahasiswa juga harus peka terhadap kondisi lingkungan sekitar. Dengan begitu maka dapat menghasilkan pemikiran bahkan ide yang dituangkan menjadi sebuah literasi atau tulisan yang sarat edukasi.

    http://prasetya.ub.ac.id/cmsub/javascript/tiny_mce/plugins/pagebreak/img/trans.gif

    Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanurejo menyampaikan bahwa saat ini sebagian besar kalangan muda lebih banyak mengandalkan kecepatan informasi melalui media elektronik seperti internet. Bahkan tak jarang dari mereka sering berceloteh di media sosial dan forum diskusi online, entah itu bertukar pikiran, sharing, ataupun saran dan kritik. "Dari sanalah seharusnya kalangan muda dan mahasiswa dapat membuka wawasan mereka untuk ikut berkontribusi kepada media dengan mengembangkan pola pikirnya," ujarnya.

    Budiman menambahkan, informasi yang tersebar di media apapun saat ini sering terjadi kesimpangsiuran kebenarannya. Informasi-informasi yang didapatkan terkadang bertentangan antara media yang satu dengan yang lainnya. "Tentunya hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kalangan masyarakat karena muncul pemberitaan yang tidak sesuai kenyataan. Di sinilah peran mahasiswa untuk membuat tulisan yang mengedukasi," kata dia. Dengan begitu, maka makna yang lahir lewat karya tulis dapat mengubah perspektif masyarakat menjadi hal-hal yang positif dan bermanfaat.

    Dalam kegiatan ini, peserta yang kebanyakan mahasiswa juga mendapat pelatihan yang terbagi dalam tujuh kelas parallel. Diantaranya adalah kelas menulis jurnalistik yang meliputi pembuatan dan gagasan berita, kelas teknik fotografi jurnalistik, kelas Research & Development yang membahas peran riset Kompas dalam pemberitaan, peran PIK dalam program media literasi dan organisasi Litbang Kompas. Kelas Business Development (Strategic Management Office) yang mengacu pada peran Social Media Optimization (SMO) dalam bisnis Kompas baik dalam perencanaan, penelitian dan inovasi serta organisasi SMO. Kelas Advertising yang membahas strategi iklan Kompas dalam bisnis Kompas dan organisasi iklan Kompas. Kelas Market Communication. Serta Kelas Multimedia yang mengupas peran multimedia dalam pengembangan visual innovation baik cetak maupun digital. [indra/dimas/Humas UB]

     

    Artikel terkait

    · PERANG I 2017 IMPALA UB

    · Tim Appate 62 Siap Harumkan Nama UB di Singapura

    · 395 Mahasiswa UB Tandatangani Kontrak Bidik Misi

    · Dengan Aplikasi Olride, Pengguna Sepeda Motor Tidak Perlu Antri Servis

    · UB dan UM Tuan Rumah MTQ 2017
    Download 0,77 Mb.




    Download 0,77 Mb.