|
Kajian pustaka
|
bet | 2/4 | Sana | 01.04.2017 | Hajmi | 4.34 Mb. | | #2658 |
Penyedian Daging
Untuk mendapatkan daging segar, terlebih dahulu dilakukan hal – hal sebagai berikut:
-
Pemeriksaan kesehatan hewan yang akan disembelih, hal ini berkaitan dengan kemungkinan adanya penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia, misalnya penyakit anthrax, tuberculosis, salmonellosis, dan brucellosis (Muhtadi, 2013).
-
Penanganan sebelum penyembelihan; sebaiknya hewan diistirahatkan dan tidak banyak mengeluarkan energi, karena jika hewan mengeluarkan banyak energi, maka dagingnya akan cepat menjadi kaku, sehingga menurunkan mutu dan daya simpannya (Buckle, et al, 1985; Soeparno, 2009; Muhtadi, 2013)
-
Penyembelihan hewan; beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat penyembelihan hewan, adalah:
-
Hewan harus terbebas dari tanah dan bahan kotoran, serta lokasi penyembelihan, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri
-
Hewan harus disembelih secara cepat, dan rasa sakit seminimal mungkin, untuk menghindari tekanan dan pengurangan cadangan glikogen
-
Semua proses dilakukan secara higienis, untuk mengurangi jumlah dan jenis bakteri pencemar secara maksimal, sehingga bakteri tersebut tidak mudah masuk ke dalam karkas yang baru terbuka
-
Semua peralatan yang digunakan harus terbuat dari bahan baja tahan karat, dibersihkan dengan air panas atau larutan klorin (Buckle, et al, 1985)
-
Pelayuan karkas, dilakukan untuk memperoleh daging yang keempukannya optimum, sebelum karkas diambil dagingnya, dengan cara menyimpannya beberapa saat (Muhtadi, 2013)
-
Pemotongan karkas dan pemotongan daging, mengikuti aturan tertentu untuk masing – masing jenis karkas, sesuai dengan peta rangka tubuh sapi (Murtidjo, 2010; Muhtadi, 2013)
-
Pelayuan daging, yang dimulai setelah hewan disembelih, dimana dagingnya masih dalam keadaan lunak (fase pre-rigor), kemudian terjadi kontraksi/kekejangan pada semua otot daging sebagai akibat dari serentetan reaksi biokimia yang kompleks, dan pembentukan aktomiosin (fase rigor mortis); pengempukan daging (post rigor) terjadi bila daging/karkas dibiarkan selama beberapa waktu agar fase rigor mortis selesai berlangsung. Waktu yang dibutuhkan pada proses pelayuan tergantung dari suhu dan jenis karkas (Buckle, et al, 1985; Soeparno, 2009; Muhtadi, 2013).
-
|
| |