|
Prasetyaptiikpada 11 Juni 2016
|
bet | 1/2 | Sana | 04.04.2017 | Hajmi | 1,24 Mb. | | #3219 |
SIPAFA, Teknologi Komputer bagi Penyandang Cacat yang Tidak Memiliki Tangan
Dikirim oleh prasetyaPTIIKpada 11 Juni 2016| Komentar : 0| Dilihat : 4892
Salah Satu Juri di Unitech Mencoba Mengoperasikan Sipafa
Di zaman modern ini, komputer merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi semua orang.
| Kompyuter (ing . computer - hisoblayman), EHM (Elektron Hisoblash Mashinasi) - oldindan berilgan dastur (programma) boʻyicha ishlaydigan avtomatik qurilma. Elektron hisoblash mashinasi (EHM) bilan bir xildagi atama. |
Komputer dapat dioperasikan dengan mudah oleh banyak orang. Namun tidak begitu dengan saudara - saudara kita penyandang cacat/difabel yang tidak memiliki tangan. Pengoperasian komputer yang banyak menggunakan tangan menjadi kendala tersendiri bagi mereka. Menurut data International Labour Organization (ILO), sekitar 15% penduduk dunia adalah difabel. Sekitar 785 juta jiwa diantaranya berada pada usia produktif namun mayoritas tidak bekerja. Hal tersebut menyebabkan difabel lebih rentan akan kemiskinan.
Melihat permasalahan tersebut, lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) dibawah bimbingan Gembong Edhi Setyawan S.T, M.T berinovasi untuk membuat sebuah sistem komputer untuk membantu penyandang difabel yang tidak memiliki tangan agar mampu mengoperasikan komputer dengan mudah dan nyaman. Teknologi tersebut diberi nama 'SIPAFA' singkatan dari Sistem Perangkat Komputer untuk Difabel yang tidak mempunyai tangan dengan mengimplementasikan sensor Gyroscope. Tim pembuat SIPAFA terdiri atas empat mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) yaitu Harry Mulya (Teknik Komputer/2013), Ihsannurahim (Teknik Komputer/2013), Novia Ulfa Nuraini (Teknik Komputer/2013), Moch Wahyu Imam Santosa (Informatika 2014) dan satu mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) yaitu Ragilda Rachma (Pendidikan Dokter 2014).
http://prasetya.ub.ac.id/cmsub/javascript/tiny_mce/plugins/pagebreak/img/trans.gif
Dijelaskan oleh Moch. Wahyu bahwa SIPAFA terdiri atas tiga bagian pertama alat yang dipasang di kepala pengguna, kedua alat yang dipasang di badan pengguna dan ketiga sejenis pedal untuk dioperasikan pengguna dengan menggunakan kaki. Alat yang dipasang dikepala dilengkapi dengan layar yang berfungsi untuk segala aktifitas yang terjadi pada komputer layaknya layar pada komputer biasa. Kemudian pada bagian alat untuk kepala tersebut juga ditanamkan sebuah sensor gyroscope yang berfungsi merekam setiap pergerakan kepala pengguna yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh alat sebagai perintah untuk menggerakkan kursor pada layar. Berat alat dibagian kepala tersebut tidak lebih dari 700 gram.
"Pada bagian kepala selain layar kita tanamkan juga sensor gyroscope yang berfungsi untuk membaca pergerakan pada sumbu X, Y, Z atau Yaw, Pitch, Roll. SIPAFA sendiri hanya membutuhkan pergerakan pada sumbu X dan Y saja. Hasil data dari gyroscope kemudian ditransmisikan melalui wireless ke dalam bagian processing yang pada akhirnya dapat menggerakan kursor seperti fungsi mouse pada komputer umumnya," jelas Moch. Wahyu.
Bagian kedua pada teknologi SIPAFA adalah bagian yang dipasang pada tubuh pengguna. Bagian ini berisi Rasberry pi yaitu sebuah mini personal computer (mini PC) serta baterai yang dapat di isi ulang. Mini PC inilah yang berfungsi memproses setiap pergerakan yang terjadi pada bagian alat di kepala. Batterai yang digunakan adalah lithium polymer 3 cell dengan kapasitas 2200mAh yang mampu menghidupkan SIPAFA hingga tiga jam pemakaian. Sementara itu, bagian terakhir adalah bagian alat yang dioperasikan dengan kaki. Bagian alat ketiga ini berfungsi sebagai pengganti klik kanan maupun klik kiri layaknya fungsi mouse pada komputer biasa. Ketiga bagian alat tersebut saling terhubung satu sama lain dalam pengoperasiannya. Penghubung yang digunakan pada SIPAFA adalah sistem wireless yang tidak membutuhkan kabel penghubung antar alat, sehingga pengguna dapat menggunakan alat dengan nyaman tanpa terganggu pergerakannya oleh rangkaian kabel.
Hasil karya mahasiswa UB ini dalam pengembangannya mendapat dukungan dana dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2015 yang pendanaannya turun pada tahun 2016. SIPAFA juga diakui pernah mendapatkan penghargaan sebagai juara ke-3 pada kompetisi UNY-National Innovation Technology (Unitech) 2016 di Yogyakarta (13-14/5/2016). SIPAFA yang terus dikembangkan penggunaannya tersebut juga dalam pengurusan ijin kerjasamanya agar dapat dimanfaatkan oleh penyandang difabel tanpa tangan yang tergabung dalam Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB).
Tidak hanya itu, Novia Ulfa, salah satu anggota tim SIPAFA mengungkapkan kedepan untuk mempermudah pengguna, SIPAFA akan dibuat memiliki teknologi untuk mengenali suara pengguna dan mengolahnya menjadi tulisan. Dengan demikian pengguna tidak perlu susah payah lagi mengetik. Dalam versi saat ini pengguna dapat mengetik tulisan pada layar dengan memilih satu per satu huruf pada virtual keyboard yang ditampilkan, kemudian merangkainya hingga menjadi kata dan kalimat. "Harapannya kedepan SIPAFA bisa benar-benar digunakan dan dimanfaatkan oleh penyandang difabel yang memang membutuhkan," ungkap Novia Ulfa Nuraini. [tim sipafa/dna/Humas UB]
Official website SIPAFA dapat diakses di http://sipafa.id/
Artikel terkait
· Trust - ZTE Education Partner Presentasikan Teknologi MASH Classroom di FILKOM
· Training of Trainer Asisten Praktikum Jaringan Komputer
· Kiichiro Muto: Pentingnya Desain dalam Pengembangan Produk IT
· FILKOM dan UNWAHA Jombang Mulai Program Kerjasama Kuliah "Sit In"
· Pembahasan Kolaborasi Penelitian FILKOM UB dan NCKU Taiwan
|
| |