Karya musik dalam konteks seni pertunjukan




Download 34.52 Kb.
bet7/9
Sana24.03.2017
Hajmi34.52 Kb.
#2109
1   2   3   4   5   6   7   8   9
Musik Tari

Dalam seni tari, aspek bunyi juga selalu menjadi unsur pendukungnya. Aspek bunyi dalam tarian ini selalu disebut dengan seni musik, yang lebih jauh lagi ada yang menyebutnya dengan musik iringan, atau musik tari. Dalam kebudayaan tertentu, sebuah genre atau judul tarian bisa saja memiliki arti tari dan musik sekali gus. Misalnya dalam kebudayaan Melayu, istilah zapin, pastilah merujuk kepada genre musik dan tari, yang mengandung pengertian sebagai sebuah genre tari, dan sekaligus pengertian sebagai genre musik. Bicara zapin pasti akan langsung merujuk kepada tari dan musik zapin. Keduanya menyatu dalam sebuah genre musik dan tari dalam konteks seni pertunjukan. Kalau dikaji lebih jauh dari aspek tari pastilah merujuk kepada gerak-gerak yang memiliki identitas khas zapin seperti: tahtum (tahto), siku keluang, tandak, anak ayam, dan seterusnya. Begitu juga kepada musiknya yang khas seperti rentak zapin dalam meter ostinato empat, taqsim (melodi free meter di awal pertunjukan), senting (intensitas kuat dalam pukulan gendang), onomatopeik, dan instrumen musik penciri zapin seperti marwas, gambus atau ‘ud, lagu-lagu khas zapin (bisa saja teks Arab, Melayu, atau campuran keduanya) seperti: Anak Ayam, Lancang Kuning, Selabat Laila, Bulan Mengambang, Kasih Budi, Persebatian, dan lain-lain.

Tari dan musik adalah dua bidang seni yang saling terkait dan saling mendukung. Keduanya memiliki hubungan dalam dua dimensi yang sama yaitu waktu dan ruang. Dalam dimensi waktu ini, kedua bidang seni tersebut disusun oleh satuan-satuan yang lebih kecil lagi seperti tempo, aksentuasi, fungtuasi, meter (isometer, simetris, dan asimetris), siklus hitungan, ketukan dasar (pulsa atau beat), ritme,3 dan unsur-unsur sejenis. Adakalanya hubungan antara tari dengan musik digarap dalam meter atau motif ritme yang berbeda untuk memberi kesan poliritme atau ritme yang kontras. Yang lebih sering adalah membentuk atau berdasar kepada meter dan ritme yang sama.

Dalam ronggeng Melayu, meter antara musik dan tarinya adalah relatif sama, terutama dalam tari senandung dan inang. Namun untuk tari lagu dua terjadi kontras. Di sisi lain, pada tari Serampang Dua Belas pada kebudayaan Melayu Sumatera Timur, hubungan meter ini juga adalah “kontras.” Ritme tari adalah dupel dalam hitungan empat dalam satu siklus metrik. Di lain sisi, musiknya dikomposisikan dalam meter 6/8. Gabungan antara musik dan tari memang sinerji, namun memberi dampak “poliritme.” Tepatnya ketukan dasar tiga (atau konteks yang lebih holistik dalam ensambel, 6) dalam dua (dengan hitungan siklus tari 8). Tiga diekspresikan dalam dimensi waktu musik, sementara ketukan dasar dua dalam tari. Ini menjadi keeksotisan sendiri tari Serampang Dua Belas.

Selain dari dimensi waktu, hubungan lainnya antara tari dan musik adalah dimensi ruang. Dimensi ruang dalam tari, disusun oleh satuan-satuan yang lebih kecil seperti, bentuk gerak, frase gerak, motif gerak, pola lantai, setting pentas, getur, sampai pula pakaian, properti tari, pencahayaan pertunjukan tari, dan unsur-unsur sejenis. Kalau dimensi ruang dalam musik lebih menekankan kepada aspek pendengaran (audio), walau juga tetap mempersembahkan dimensi visual, maka dalam seni tari, penekanan dan fokus pertunjukan adalah pada dimensi visual yang bergerak. Namun demikian, dimensi tari ini biasanya harus didukung oleh dimensi audio musik, walau tidak menjadi sebuah kewajiban.

Sementara dimensi ruang dalam musik, termasuk musik untuk mengiringi tarian, dapat dikelompokkan dalam dua besaran utama di bawah dimensi ruang, yaitu melodi dan harmoni. Unsur-unsur melodi di antaranya adalah: tangga nada (modus), wilayah nada (ambitus kadang disebut tebanada), nada dasar (nada pusat), interval, formula melodi, distribusi nada, pola-pola kadensa, dan kontur. Seterusnya unsur-unsur harmoni dalam musik di antaranya adalah: nada fundamental dan parsial, interval konsonan dan disonan, akord dan progresinya, akord posisi akar (root) dan balikan, teknik apergiasi dalam konteks arsitektonik khordal, aturan-aturan melangkah dan meloncat, hubungan bas dengan suara-suara di atasnya, berbagai pola-pola kadensa akord seperti kadensa plagal, kadensa penuh, kadensa deseptif, kadensa setengah, dan seterusnya.

Selain itu, dimensi ruang dalam musik juga disusun oleh teknik komposisi yang disebut dengan tekstur. Jika bangunan musik tersebut disusun oleh satu melodi yang sama yang dilakukan oleh beberapa pemain musik atau vokal, maka tekstur yang seperti ini disebut dengan monofoni. Selanjutnya apabila bangunan musik tersebut disusun oleh satu melodi yang sama, yang dilakukan oleh beberapa pemain musik atau vokal, namun menyertakan nada-nada oktafnya, bisa di bawah atau di atas, maka tekstur yang seperti ini disebut dengan unisono. Jika bangunan musik tersebut dibentuk oleh satu melodi pokok yang sama, yang dilakukan oleh beberapa pemain musik atau vokal, namun setiap musik atau penyanyi menggarap variasi-variasi melodinya sendiri terhadap melodi pokok tadi, maka tekstur musik yang seperti ini disebut dengan heterofoni. Seterusnya, apabila bangunan musik tersebut disusun oleh beberapa melodi yang berbeda dan ritmenya sama, disajikan dalam waktu yang bersamaan, namun berdasar kepada prinsip-prinsip harmoni, maka tekstur musik yang seperti ini disebut dengan homofoni.

Lebih jauh lagi, apabila bangunan musik disusun oleh beberapa melodi yang berbeda dan ritmenya juga berbeda, disajikan dalam waktu yang bersamaan, tetapi tetap berdasar kepada prinsip-prinsip harmoni, maka tekstur musik yang seperti ini disebut dengan polifoni. Selanjutnya, apabila bangunan musik tersebut disajikan oleh beberapa pemusik atau penyanyi, tidak berdasar kepada prinsip-prinsip harmoni, maka teksturnya dapat disebut sebagai disfoni. Jika bangunan musik ini disajikan oleh beberapa pemusik atau penyanyi, tidak berdasar kepada prinsip-prinsip harmoni, namun mengacu kepada satu lagu, yang antara pemusik atau penyanyi memulai lagu itu pada waktu yang berbeda dalam konteks satu pertunjukan musikal, maka teksturnya disebut dengan disfoni kanon.

Dalam konteks pertunjukan musik dan tari, dimensi ruang dalam musik adakalanya berjalan bebas tanpa terikat oleh dimensi ruang dalam tari, artinya berjalan sendiri-sendiri dalam waktu yang bersamaan. Adakalanya dimensi ruang antara tari dan musik ini, terjalin sangat erat, artinya saling menguatkan pertunjukan, seperti yang terjadi di dalam pertunjukan tari dan musik Serampang Dua Belas.

Selain itu, dimensi lainnya yang paling dieksplorasi dalam tarian adalah tenaga (power). Setiap penari, biasanya akan mengelola tenaga ini sesuai dengan komposisi tari yang mendasarinya. Tenaga ini akan digunakan secara penuh atau lemah, tergantung dari bahagian tari yang hendak diekspresikan. Secara budaya, ada tarian yang mengekspresikan sifat wanita yang lemah lembut, penuh kasih sayang, feminimisme, keibuan, dan sejenisnya yang mengeksplorasi tenaga yang relatif “lemah.” Sebaliknya ada pula tari yang mengekspresikan kegagahan, kejantanan, yang berasosiasi kepada ekspresi sifat-sifat pria, yang berasosiasi dengan kebijaksanaan, ketampanan, maskulinitas, bahkan sampai sikap kasar dan jahat. Dua sisi penggunaan tenaga ini sangat dieksplorasi dalam seni tari. Demikian pula yang terjadi dalam Serampang Dua Belas. Kedua sisi ini, diolah sedemikian rupa menjadi sebuah harmoni tari. Ada aspek tenaga yang mengekpresikan perempuan yang lemah lembut, kewanitaan, feminim, kecantikan, kelincahan, malu-malu (tersipu malu), jinak-jinak merpati, dan seterusnya. Ada pula aspek tenaga yang digunakan penari laki-laki yang mengekspresikan lelaki, yang secara hukum alam adalah jantan, gagah, melindungi wanita pasangannya, tegas, mengambil keputusan, sebagai kepala rumah tangga, dan lain-lainnya. Sifat dasar pria ini diekspresikan dalam motif gerak ayam jantan melindungi pasangan, elang balega, ular todung membuka lingkar, mengepar, dan lain-lainnya.

Dalam musik, sebagimana dimensi tenaga dalam tari itu, dapat dikaitkan dengan aspek dinamik, yang juga merujuk pada tenaga, walau ini eksplorasinya tidak seluas yang digunakan dalam tarian. Dinamik dalam musik mencakup lirih dan kuatnya musik itu disajikan. Dalam komposisi musik biasanya digunakan saat mana harus lirih dan saat mana pula harus kuat. Dalam musik Barat dinamik ini diungkapkan dengan terminologi seperti pianissimo, piano, forte, mezzo forte, fortissimo, dan lain-lainnya. Ekspresi dinamik dalam musik ini biasanya lebih mengekspresikan suasana, bisa perasaan atau alam. Demikian pula musik yang disajikan untuk mengiringi tari Serampang Dua Belas, sebenarnya mengekspresikan dinamik yang mendukung gerak dan tenaga yang diekspresikan tarinya. Dengan demikian, sangatlah menarik untuk mengkaji dan memahami, bagaimana dan sejauh mana eksplorasi kultural, etika, dan estetik yang diekspresikan dalam tarian ini.




Download 34.52 Kb.
1   2   3   4   5   6   7   8   9




Download 34.52 Kb.

Bosh sahifa
Aloqalar

    Bosh sahifa



Karya musik dalam konteks seni pertunjukan

Download 34.52 Kb.