• Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 4.6 Siswa sedang berdakwah
  • B. Pentingnya Khutbah, Tabl
  • Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 4.7 Para jamaah haji sedang mendengarkan khutbah di Arafah
  • 2. Pentingnya Tabl
  • Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 4.8 Seorang ustad sedang berdakwah di
  • Teguran dari Allah Swt. melalui al-Qur’ãn
  • Tidak diperdagangkan




    Download 11.8 Mb.
    bet20/53
    Sana12.12.2020
    Hajmi11.8 Mb.
    #12895
    1   ...   16   17   18   19   20   21   22   23   ...   53

    A. Pengertian Khutbah, Tabl³g, dan Dakwah
    Makna khutbah, tabl³g, dan dakwah hampir sama, yaitu menyampaikan pesan

    kepada orang lain. Secara etimologi (lugawi/bahasa), makna ketiganya dapat

    diuraikan sebagai berikut.


    1. Khutbah berasal dari kata:

    bermakna memberi



    nasihat dalam kegiatan ibadah seperti; ṡalat (ṡalat Jumat, Idul Fitri, Idul Adha,

    Istisqo, Kusuf), wukuf, dan nikah. Menurut istilah, khutbah berarti kegiatan

    ceramah kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentu yang

    berkaitan langsung dengan keabsahan atau kesunahan ibadah. Misalnya

    khutbah Jumat untuk ṡalat Jum’at, khutbah nikah untuk kesunahan akad nikah.

    Khutbah diawali dengan hamdallah, salawat, wasiat taqwa, dan doa.


    2. Tabligh berasal dari kata:


    yang berarti menyampaikan,

    memberitahukan dengan lisan. Menurut istilah, tabl³g adalah kegiatan

    menyampaikan ‘pesan’ Allah Swt. secara lisan kepada satu orang Islam

    atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya. Misalnya, Rasulullah saw.

    memerintahkan kepada sahabat yang datang di majlisnya untuk menyampaikan

    suatu ayat kepada sahabat yang tidak hadir.

    Dalam pelaksanaan tabl³g, seorang mubaligh (yang menyampaikan tabl³g)

    biasanya menyampaikan tabl³g-nya dengan gaya dan retorika yang menarik.

    Ada pula sekarang istilah tabl³g akbar, yaitu kegiatan menyampaikan “pesan”

    Allah Swt. dalam jumlah pendengar yang cukup banyak.

    3. Dakwah berasal dari kata:


    yang berarti memanggil,

    menyeru, mengajak pada sesuatu hal. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan

    mengajak orang lain, seseorang atau

    lebih ke jalan Allah Swt. secara lisan

    atau perbuatan. Di sini dikenal adanya



    da’wah billisān dan da’wah bilhāl.

    Kegiatan bukan hanya ceramah, tetapi

    juga aksi sosial yang nyata. Misalnya,

    santunan anak yatim, sumbangan

    untuk membangun fasilitas umum,

    dan lain sebagainya.



    Sumber: Dok. Kemdikbud

    Gambar 4.6 Siswa sedang berdakwah



    56

    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK


















    B. Pentingnya Khutbah, Tabl³g, dan Dakwah

    1. Pentingnya Khutbah
    Sebagaimana dijelaskan di

    atas, bahwa khutbah masuk pada

    aktivitas ibadah. Maka, khutbah

    tidak mungkin bisa ditinggalkan

    karena akan membatalkan rangkaian

    aktivitas ibadah. Contoh, apabila



    ṡalat Jumat tidak ada khutbahnya,

    ṡalat Jumat tidak sah. Apabila Sumber: Dok. Kemdikbud

    Gambar 4.7 Para jamaah haji sedang mendengarkan

    khutbah di Arafah

    Sesungguhnya, khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk

    berdakwah dan membimbing manusia menuju ke-riḍa-an Allah Swt. Hal ini

    jika khutbah dimanfaatkan sebaik-baiknya, dengan menyampaikan materi yang

    dibutuhkan oleh hadirin menyangkut masalah kehidupannya, dengan ringkas,

    tidak panjang lebar, dan dengan cara yang menarik serta tidak membosankan.

    Khutbah memiliki kedudukan yang agung dalam syariat Islam sehingga

    sepantasnya seorang khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

    Seorang khathib harus memahami aqidah yang ṡaḥ³hah (benar) sehingga dia

    tidak sesat dan menyesatkan orang lain. Seorang khatib seharusnya memahami

    fiqh sehingga mampu membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan

    yang lurus. Seorang khatib harus memperhatikan keadaan masyarakat, kemudian

    mengingatkan mereka dari penyimpangan-penyimpangan dan mendorong kepada

    ketaatan. Seorang khathib sepantasnya juga seorang yang ṡālih, mengamalkan

    ilmunya, tidak melanggar larangan sehingga akan memberikan pengaruh kebaikan

    kepada para pendengar.


    2. Pentingnya Tabl³g
    Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah tabl³g, yakni menyampaikan wahyu dari

    Allah Swt. kepada umatnya. Semasa Nabi Muhammad saw. masih hidup, seluruh

    waktunya dihabiskan untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Setelah

    Rasulullah saw. wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in

    (pengikutnya sahabat), dan tabi’it-tabi’in (pengikut pengikutnya sahabat).

    Setelah mereka semuanya tiada, siapakah yang akan meneruskan kebiasaan

    menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang sesudahnya? Kita sebagai siswa

    muslim punya tanggung jawab untuk meneruskan kebiasaan bertabligh tersebut.


    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti



    57



    wukuf di Arafah tidak ada khutbah-

    nya, wukufnya tidak sah.

    Banyak yang menyangka bahwa

    tugas tabl³g hanyalah tugas alim

    ulama saja. Hal itu tidak benar. Setiap

    orang yang mengetahui kemungkaran

    yang terjadi di hadapannya, ia wajib

    mencegahnya atau menghentikannya,

    baik dengan tangannya (kekuasaanya),



    Sumber: Dok. Kemdikbud

    Gambar 4.8 Seorang ustad sedang berdakwah di

    kemungkaran tersebut). lingkungan keluarganya

    Seseorang tidak mesti menjadi ulama

    terlebih dulu. Siapa pun yang melihat kemungkaran terjadi di depan matanya,

    dan ia mampu menghentikannya, ia wajib menghentikannya. Bagi yang mengerti

    suatu permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya kepada yang lain, siapa

    pun mereka. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.:

    Artinya: Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw.



    bersabda: barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah

    dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka ubahlah dengan

    lisannya. apabila tidak mampu maka dengan hatinya (tidak mengikuti

    kemungkaran tersebut), dan itu selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)
    Teguran dari Allah Swt. melalui al-Qur’ãn
    Pada suatu hari Rasulullah saw. membaca al-Qur’ān dan menyampaikan dakwahnya

    dengan wajah berseri-seri. Tiba-tiba datang seorang buta yang bernama Abdullah bin

    Suraikh bin Malik bin Rabi’ah Al-Fihri. Ia hendak bertemu Nabi dan benar-benar

    ingin mendapatkan penjelasan tentang Islam langsung dari Nabi. Tetapi Nabi tidak

    menghiraukannya, ia berharap dengan memperhatikan, pembesar Quraisy ini akan

    masuk Islam sehingga Islam makin kuat. Sementara si buta ini tidak banyak membawa

    pengaruh kepada kemajuan Islam sehingga dihiraukan oleh Nabi.

    Dengan adanya peristiwa tersebut, Allah Swt. menurunkan ayat Q.S. ‘Abasa/80:

    1-11 sebagai berikut: Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena

    seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). Dan tahukah

    engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau

    dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? Adapun

    orang yang merasa dirinya serbacukup (pembesar-pembesar Quraisy), engkau

    (Muhammad) memberi perhatian kepadanya, padahal tidak ada (cela) atasmu kalau

    dia tidak menyucikan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan


    58

    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK











    mulutnya (nasihat), atau dengan

    hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam

    bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang dia takut (kepada Allah), engkau

    (Muhammad) malah mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh, (ajaran-

    ajaran Allah) itu suatu peringatan.”

    Ayat tersebut sebagai teguran Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. Sejak itu

    Nabi selalu berseri-seri menghormati siapa saja yang datang dan meminta penjelasan.



    (Diambil dari 365 Kisah Teladan Islam satu kisah selama setahun, Ariany Syurfah)


    Download 11.8 Mb.
    1   ...   16   17   18   19   20   21   22   23   ...   53




    Download 11.8 Mb.