• Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 8.5 Membantu menyebrang jalan
  • Aktivitas Siswa
  • A. Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua Kisah Uwais Al-Qarni
  • Tidak diperdagangkan




    Download 11,8 Mb.
    bet37/53
    Sana12.12.2020
    Hajmi11,8 Mb.
    #12895
    1   ...   33   34   35   36   37   38   39   40   ...   53

    Sumber: Dok. Kemdikbud

    Gambar 8.4 Seorang anak sedang sungkem

    kepada ibunya

    berbuat baik pada keduanya. Kedua

    orang tua kita telah mendidik dan membesarkan kita dengan susah payah.Tak

    sedikit keringat yang mengucur. Tak terhitung waktu yang telah terkuras baik

    di waktu siang maupun di keheningan malam. Tak sedikit perih yang harus

    ditahannya demi kebahagiaan anak-anaknya. Terkadang mereka harus menahan

    lapar asalkan anak-anaknya kenyang. Mereka selalu mendahulukan kepentingan

    anak-anaknya di atas kebutuhannya sendiri.

    Betapa mulianya perilaku orang tua terhadap anak-anaknya. Sungguh tidak

    berlebihan kalau Rasulullah saw. menegaskan bahwa, “Riḍa Allah terletak pada



    riḍa orang tua, murka Allah terletak pada murka orang tua.” Namun demikian,

    sering kali kita saksikan melalui media, betapa sadisnya seorang anak tega

    menyiksa kedua orang tuanya, kejamnya seorang anak membunuh orang tuanya,

    dan masih banyak lagi cerita memilukan antara anak dan orang tua yang berujung

    orang tua menjadi korban. Kebaikan orang tua seakan sirna ditelan egoisme

    seorang anak, hanya sekadar keinginannya tidak dipenuhi.

    Lalu, apa yang semestinya kita lakukan sebagai anak? Semoga kita bisa

    menjadi anak yang dapat menghormati orang tua dan berbakti kepada keduanya

    sehingga orang tua bangga atas kebaikan anak-anaknya.

    126



    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK



    hal dalam kehidupan pemeluknya,

    termasuk menjunjung hak-hak kedua

    orang tua kita dan mengajarkan untuk


    Mengkritisi Sekitar Kita
    Banyak ungkapan yang me-

    negaskan bahwa orang tua mana

    yang tega menyakiti anaknya, atau

    anaknya disakiti oleh orang lain.

    Itulah keterikatan bathin antara

    orang tua dan anak. Orang tua terasa

    sangat memiliki sekali terhadap

    anak-anaknya. Beda dengan anak

    yang kadang lupa dengan orang

    tuanya.


    Sumber: Dok. Kemdikbud

    Gambar 8.5 Membantu menyebrang jalan
    Perhatikan peristiwa berikut ini!

    1. Setiap hari ketika mau beragkat sekolah, ibu selalu menyiapkan sarapan

    pagi. Tak kenal lelah ibu memenuhi kebutuhan yang diperlukan anaknya.

    Tetapi, tidak jarang anak-anak yang seringkali membantah perintah orang

    tuanya, padahal perintahnya itu benar. Tidak ada ibu yang sakit hati melihat

    ulah anaknya yang sering kali melawan, bahkan ibu tidak pernah dendam.

    Inilah muliaya hati seorang ibu. Bagaimana kamu melihat peranan ibu dalam

    keluarga, baik dari sisi sosial, agama, budaya, dan sebagainya?

    2. Meskipun agak sedikit berbeda peranannya dengan seorang ibu, ayah punya

    tanggung jawab penuh dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia pergi

    pagi pulang sore, hanya sekadar memenuhi kewajiban seorang kepala rumah

    tangga. Dia kadang tidak tahu secara persis perkembangan anaknya di rumah.

    Maklum, sering kali waktunya habis hanya karena pekerjaannya harus segera

    diselesaikan. Tiba-tiba bapak mendengar cerita menyakitkan, anaknya di

    sekolah melakukan pelanggaran dan akan dikeluarkan. Bagaimana tanggapan

    kamu ketika kamu nanti menjadi seorang bapak?




    Aktivitas Siswa:

    1. Cermati dua peristiwa di atas, kemudian berikan tanggapanmu dari beberapa sudut

    pandang (contoh dari sisi agama, sosial, budaya, dan sebagainya)!

    2. Sesuai dengan kondisi sekarang, bagaimana cara menghormati orang tua dan guru

    yang dapat kamu lakukan?


    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

    127






    Memperkaya Khazanah



    A. Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua

    Kisah Uwais Al-Qarni
    Pada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni.

    Ia tinggal di negeri Yaman. Ia seorang fakir dan yatim. Ia hidup bersama ibunya yang

    lumpuh dan buta. Uwais Al-Qarni bekerja sebagai penggembala domba. Hasil usahanya

    hanya cukup untuk makan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk

    membantu tetangganya yang hidup miskin. Uwais Al-Qarni dikenal anak yang taat

    beribadah dan patuh pada ibunya. Ia sering kali puasa.

    Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya sering bertemu

    dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengannya. Ketika

    mendengar Nabi Muhammad giginya patah karena dilempari batu oleh musuhnya,

    Uwais Al-Qarni segera menggetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukan

    sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw. sekalipun ia belum

    pernah bertemu dengan Nabi. Kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Nabi

    saw. makin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi

    Muhammad saw. dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara

    Nabi saw., kerinduan karena iman.

    Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon

    izin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah.

    Ibu Uwais Al-Qarni terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi

    perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah

    Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali

    pulang.”

    Betapa gembira mendengar jawaban ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat

    dan berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah

    berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

    Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan

    salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni

    menanyakan Nabi saw. yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada di

    rumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat

    bertemu dengan Siti Aisyah ra., istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari

    jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw., tetapi Nabi saw. tidak dapat

    dijumpainya.

    Dalam hati Uwais bergolak perasaan ingin menunggu bertemu dengan Nabi,

    sementara ia ingat pesan ibunya agar ia cepat pulang ke Yaman. Akhirnya, karena

    ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya

    untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw.


    128



    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK







    Nabi pun pulang dari medan pertempuran. Sesampainya di rumah, Nabi saw.

    menanyakan kepada Siti Aisyah ra. tentang orang yang mencarinya. Siti Aisyah ra.,

    menjelaskan bahwa memang benar ada yang mencarinya, tetapi karena lama menunggu,

    ia segera pulang kembali ke Yaman karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga

    ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw. menjelaskan

    bahwa orang itu adalah penghuni langit. Nabi menceritakan kepada para sahabatnya,

    “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di

    tengah talapak tangannya.” Nabi menyarankan, “Apabila kalian bertemu dengan dia,

    mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

    Waktu terus berganti. Suatu ketika, Khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw.

    tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Sejak saat itu setiap ada khalifah yang datang

    dari Yaman, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni.

    Suatu hari rombongan kafilah itu pun tiba di Kota Madinah. Melihat ada rombongan

    kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar ra. dan Ali ra. mendatangi

    mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan

    kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga

    unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar ra. dan

    Ali ra. segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

    Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. memberi

    salam. Tapi rupanya Uwais sedang ṡalat. Setelah mengakhiri ṡalat-nya dengan salam,

    Uwais menjawab salam Khalifah Umar ra. dan Ali ra. sambil mendekati kedua sahabat

    Nabi saw. ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan,

    Khalifah Umar ra. dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan

    kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah

    dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan

    Uwais Al-Qarni.

    Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw. bahwa

    dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra. dan Ali ra. menanyakan namanya,

    dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan,

    “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?”

    Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

    Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra. memohon agar Uwais membacakan doa dan

    istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “Sayalah yang

    harus meminta doa pada kalian.” Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, “Kami

    datang ke sini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda.” Uwais Al-Qarni akhirnya

    berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu, Khalifah Umar ra. menyumbangkan

    uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Namun Uwais

    menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang.

    Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

    Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal. Anehnya, pada saat akan

    dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan. Saat mau

    dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Saat

    mau dikubur, sudah banyak orang yang siap menggali kuburannya. Ketika usungan

    dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk

    mengusungnya.

    Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah

    sebenarnya engkau, wahai Uwais Al-Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah

    seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai


    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

    129





    penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan

    penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami

    kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka

    adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan

    pemakamanmu.”

    Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi

    ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman

    mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang

    mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni

    sendiri kepada Khalifah Umar ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di

    hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw.,

    bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
    (HR. Muslim dari Ishak bin Ibrahim, dari Muaz bin Hisyam, dari ayahnya, dari qatadah, dari zurarah,

    dari Usair bin Jabir)

    Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam Islam. Banyak ayat di

    dalam al-Qur’ān yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik

    dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt.

    semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’ān juga menegaskan

    kepada umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya.

    Sebagai muslim yang baik, tentunya kita memiliki kewajiban untuk berbakti

    kepada orang tua kita baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan

    mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan

    berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.

    Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat

    manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt.

    tersebut antara lain:

    Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah



    selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah

    seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut

    dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan

    kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak

    keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan

    130

    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK










    rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang

    dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana

    mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isrā’/17:

    23-24)

    Aktivitas Siswa:

    1. Jelaskan pesan-pesan yang terkandung pada Q.S. al-Isrā’/17: 23-24 di atas!

    2. Jelaskan hubungan antara pesan ayat tersebut dan kondisi objektif di keluarga kita!

    Pentingnya seorang anak untuk meminta doa restu dari kedua orang tuanya

    pada setiap keinginan dan kegiatannya karena restu Allah Swt. disebabkan restu

    orang tua. Orang yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah

    dikabulkan oleh Allah Swt.

    Apalagi seorang anak mau melakukan atau menginginkan sesuatu. Seperti,

    mencari ilmu, mendapatkan pekerjaan, dan lain sebagainya, yang paling penting

    adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan:


    Artinya: “Riḍa Allah terletak pada riḍa orang tua, dan murka Allah terletak pada

    kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)

    Artinya: “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai



    oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Ṡalat pada waktunya.” Aku

    berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang

    tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian

    jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti



    131












    Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul wālidain (berbakti kepada kedua orang

    tua), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul wālidain

    memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah balasan yang setara jika dibandingkan

    dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun setidaknya, berbakti

    sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.


    Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul wālidain, yaitu berbuat baik

    terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan

    berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik

    kepada teman-teman mereka.”

    Imam Adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa birrul wālidain atau bakti kepada

    orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:



    Pertama

    Kedua
    Ketiga

    : Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.

    : Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan

    oleh orang tua.

    : Membantu atau menolong orang tua bila mereka membutuhkan.


    Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru

    bukan tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita

    berbakti kepada kedua orang tua dan guru.

    Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan

    guru, antara lain seperti berikut.

    1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amal yang paling utama.

    2. Apabila orang tua kita riḍa atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun riḍa.

    3. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang

    sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.

    4. Berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan

    umur.

    5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjadikan kita dimasukkan ke



    jannah (surga) oleh Allah Swt.


    Dikisahkan, ada seorang laki-laki yang menghadap Nabi Muhammad saw.

    dan berkeinginan untuk berbai’at kepada Nabi serta ikut berjihad dengan

    tujuan mencari pahala dari Allah Swt. Kedua orang tua laki-laki tersebut

    masih hidup. Kemudian, Nabi menyuruh laki-laki tersebut untuk kembali

    kepada kedua orang tuanya dan menyuruh berbuat baik, menemani dan

    mengurus orang tuanya.” (Muttafaq ‘alaih)

    132
    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK











    Aktivitas Siswa:

    1. Jelaskan pesan-pesan yang terkandung pada kisah di atas!

    2. Jelaskan hubungan antara pesan kisah tersebut dan kondisi objektif di keluarga kita?



    Download 11,8 Mb.
    1   ...   33   34   35   36   37   38   39   40   ...   53




    Download 11,8 Mb.