Tabel 0.2
Jumlah siswa
|
ketuntasan
|
Presentasi
|
Rata-rata kelas
|
28
|
T
|
BT
|
T
|
BT
|
26
|
2
|
93%
|
7%
|
93
|
KKM = 75
|
Berdasarkan tabel dan grafik dapat diketahui bahwa dari 28 siswa yang Berhasil mencapai ketuntasan belajar (nilai ≥ 75) adalah 26 siswa atau sebesar 92,85% atau 93%, sedangkan yang belum berhasil mencapai ketuntasan belajar (nilai < 75) adalah 2 siswa atau sebesar 7,14% atau 7%. Rata-rata kelas adalah 90, nilai tersebut sudah diatas KKM yang ditentukan yaitu 75.
Berikut merupakan diagram kenaikan ketuntasan belajar, siswa per siklus .
Grafik 0.3
Gambar 1.3 Grafik Perkembangan Belajar
Siklus I, dan Siklus II
Pembahasan
Berdasarkan hasil tes siklus I yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh data nilai rata- rata kelas yaitu 70 dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 20. Sementara presentase ketuntasan siswa mencapai 42,85%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika pada materi hitung pembagian dua bilangan yang sudah diketahui hasilnya masih rendah dan belum mencapai KKM, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Pada saat observasi peneliti melihat metode pembelajaran yang digunakan dominan ceramah dan pemberian tugas. Proses pembelajaran belum didukung dengan media media slide Power Point masih biasa saja belum interaktif. Selama pembelajaran, siswa memperoleh informasi melalui mendengarkan penjelasan guru, dan video saja, dan hanya pertanyaan yang rata-rata siswa belum berperan aktif didalamnya. Guru menjelaskan, memberikan video, mencatat dan penugasan mengerjakan soal. Siswa belum diajak untuk melakukan suatu kegiatan percobaan menegerjakan soal yang memicu mereka ingin mengerjakannya.motivasi-motivasi dari guru belum maksimal Oleh karena itu, membuat siswa kurang aktif dan kurang semangat ketika pembelajaran matematika.
Siswa kelas 3 Sd cenderung anak yang senang bermain, mereka belum bisa bersikap dewasa dalam pembelajaran, perpaduan antara belajar sambil bermaian sangatlah penting, peneliti menggunakan model pembelajaran discovery learning, memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind. Dan Model pembelajaran Discovery learning merupakan salah satu penerapan belajar konstruktivisme, dimana peserta didik menekankan bahwa belajar yang baik berasal dari prakarsa siswa" dalam belajar siswa harus mengkonstruk sendiri pengetahuan mereka melalui pengalaman yang bermakna”.
Asri Budiningsih (2005:58) menyatakan bahwa kontruktivistik mengakibatkan belajar kreatif dan tidak pasif dengan pembelajaran kontruktivistik pembelajaran tidak terpusat pada pendidik, konstruktivistik membantu belajar menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru. Siswa bebas mencari informasi!, menerapkan gaya belajar mereka sendiri dan menggunakan perangkat lunak sebagai sumber belajar selain guru.
Allesi dan Trollip 2001: bahwa teori konstruktivistik mendukung penggunaan &omputerbased tools, dimana siswa dapat merangsang dan membangun sendiri pengetahuan mereka.
media slide Power Point interaktif disertai dengan Link Quiz sangat tepat digunakan dalam pembelajarn materi hitung pembagian. Kegiatan pembelajaran pada siklus I telah menggunakan media slide Power Point namun belum berhasil, peneliti merencanakan tindakan peneliti akan melakukan beberapa perbaikan pada siklus II. Perbaikan pertama yaitu membuat media slide Power Point interaktif. Pada siklus II diharapkan siswa akan lebih bersemangat dengan media yang baru yang lebih menarik lagi. Perbaikan ke dua, yaitu menambahkan Quiz pada slide Power Point interaktif.
Peningkatan kemampuan pembagian belajar berdasarkan hasil tes siklus II nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 92,86 atau bila dibulatkan menjadi 93 meningkat sebanyak 23,21 dari sebelumnya nilai rata-rata siklus I yaitu 69,65 atau dibulatkan menjadi 70. Selain itu, ketuntasan belajar yang lebih dari KKM ≥75 pada siklus I sebesar 42,85% atau 43%,dan pada siklus II menjadi 92,85% atau 93%,. Hal tersebut berarti sudah lebih dari indikator keberhasilan yaitu 75%. termasuk pada kriteria sangat baik.
Media slide Power Point interaktif pada siklus II lebih efektif daripada siklus I karena guru telah melakukan perbaikan sehingga siswa lebih semangat dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar, dan aktivitas siswa pada tindakan siklus II mengalami peningkatan dalam mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Selain itu, tidak ada lagi hambatan selama proses pembelajaran, sehingga pembelajaran matematika pada materi pembagian dua bilangan yang sudah diketahui hasilnya menggunakan media slide Power Point interaktif terbukti meningkatkan kemampuan belajar siswa kelas III SD Unggulan Terpadu Bumi kartini Jepara. Dengan demikian, penelitian dihentikan.
|